Categories
startup wealth

Cara Masuk ke Daftar Billionaires

Forbes baru saja mengeluarkan daftar billionaires untuk tahun 2021. Indonesia memiliki 21 billionaires. Tidak ada billionaire Indonesia yang di bawah umur 50 tahun. Paling muda ialah Hary Tanoesoedibjo (umur 56 tahun).

Sebelumnya, saya harus menjelaskan di artikel berbahasa Indonesia ini, bahwa saya terpaksa menggunakan istilah bahasa Inggris, yaitu billionaire. Saya tidak bisa menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Billion itu milyar. Tapi billionaire itu tidak dapat diterjemahkan ke milyuner karena ada faktor kurs US Dollar ke Rupiah, yaitu 1 USD = Rp 14 ribu. Billionaire itu mengacu ke orang yang memiliki kekayaan sebesar Rp 14 trilyun Rupiah atau 1 milyar USD. Jadi kalau mau maksa, terjemahan paling mendekati itu adalah milyuner USD. “She became a billionaire last year.” diterjemahkan sebagai “Dia menjadi milyuner USD.” Tapi kan lucu?

Jadi jangan marah yah karena saya tetap memakai istilah billionaire. 😚

Mari kita melihat daftar billionaire dari negara lain yang umurnya di bawah 40 tahun. Untuk beberapa negara, saya masukkan juga billionaire yang umurnya lewat 40 tahun sedikit.

Amerika Serikat

Berikut daftar billionaires-nya: Mark Zuckerberg (Facebook), Dustin Moskovitz (Facebook), Lukas Walton (Walmart), Brian Chesky (Airbnb), Nathan Blecharczyk (Airbnb), Joe Gebbia (Airbnb), Bobby Murphy (Snap), Evan Spiegel (Snap), Ernest Garchia, III. (Carvana), Brian Armstrong (Coinbase), Scott Duncan (Enterprise Products Partners), Ben Silbermann (Pinterest), Lynsi Snyder (In-N-Out Burger), Cameron Winklevoss (Gemini), Tyler Winklevoss (Gemini), Tony Xu (DoorDash), Austin Russel (Luminar Technologies), Jared Isaacman (Shift4 Payments), Andrew Paradise (Skillz), Andy Fang (DoorDash), Stanley Tang (DoorDash), Fred Ehrsam (Coinbase), Kevin Systrom (Instagram), Drew Houston (Dropbox), Trevor Milton (Nikola Motor), Ryan Graves (Uber), Sanjit Biswas (Samsara), Baiju Bhatt (Robinhood), Vlad Tenev (Robinhood), Sam Bankman-Fried (Alameda), Whiteney Wolfe Herd (Bumble).

Dari nama-nama di atas, beberapa orang mendapatkan warisan bisnis dari keluarganya seperti Lukas Walton (Walmart), Lynsi Snyder (In-N-Out Burger).

Trevor Milton (Nikola Motor) sumber kekayaannya berasal dari teknologi perangkat keras. Sisanya mendapat kekayaannya dari peranti lunak (software) semua.

Artinya apa? Kalau Anda ingin jadi kaya selevel billionaire, ada dua jalan utama: mewarisi kekayaan dari keluarga atau membangun bisnis dengan teknologi peranti lunak.

Pilih mana? Kalau saya sih, saya pilih mewarisi kekayaan dari keluarga. Lebih mudah. 😜

Mari kita lihat negara lain.

Tiongkok

Berikut daftar billionaires di bawah 40 tahun: Wang Zelong (CNNC Hua Yuan Titanium Dioxide dan Lomon Billions Group), Xu Yi (Bilibili), Wen Yilong (RLX), Wang Han (Juneyao Air), Wang Ning (Pop Mart), Yin Xin (Kuaishou), Chen Tianshi (Cambricon Microchip Supplier), Gong Yingying (Yidu Tech), Zhang Yiming (TikTok), Cheng Yixiao (Kuaishou), Steven Meng Yang (Anker Innovations Technology), Huang Jinfeng (Yatsen Holding), Chang Jing (Roborock Technology), Bill Liu (Royole Corp.), Zeng Chaolin (Tianshan Aluminium Group), Lu Zhilin (OPT Machine Vision Tech), Cheng Wei (Didi Chuxing), Yang Huiyan (Country Garden Holdings), Su Hua (Kuaishou), Kate Wang (RLX Technology), Li Xiang (Li Auto), Huang Yimeng (XD Inc.), Hou Jianbin (Zuoyebang).

Sebelas orang dari daftar tersebut (total 23 orang) mendapatkan kekayaannya dari teknologi peranti lunak. Tapi daftar billionaires Tiongkok ini unik. Ada yang kaya dari jualan vaping. Ada beberapa yang kaya dari teknologi perangkat keras, seperti mobil listrik, vacuum cleaner, microchip.

Mari kita lihat negara tetangga kita, Singapura.

Singapura

Tidak ada billionaire di bawah 40 tahun. Yang paling mendekati adalah pendiri Sea (orang tua dari Shopee), yaitu Gang Ye (40 tahun), David Chen (40 tahun), dan Forrest Li (43 tahun). Sea itu perusahaan teknologi peranti lunak.

India

Berikut daftarnya: Binny Bansal (38 tahun / Flipkart), Byju Raveendran (39 tahun / Byju), Sachin Bansal (39 tahun / Flipkart). Semuanya adalah pendiri perusahaan teknologi peranti lunak.

Jepang

Situasinya mirip dengan Singapura. Tidak ada billionaire di bawah 40 tahun. Yang paling mendekati adalah Daisuke Sasaki (40 tahun / Freee), Shintaro Yamada (43 tahun / Mercari), Yoshikazu Tanaka (44 tahun / Gree). Mereka semua adalah pendiri perusahaan peranti lunak.

Prancis

Yang paling mendekati adalah Marie Besnier Beauvalot (40 tahun / Lactalis), Oliver Pomel (44 tahun / Datadog). Datadog itu perusahaan peranti lunak. Madame Marie Besnier Beauvalot mewarisi bisnis keju dari papanya.

Australia

Mereka adalah Mick Molnar (30 tahun / Afterpay), Ginia Rinehart (34 tahun / bisnis pertambangan), Hope Welker (35 tahun / bisnis pertambangan), Mike Cannon-Brookes (41 tahun / Atlassian), Scott Farquhar (41 tahun / Atlassian).

Ginia Rinehart dan Hope Welker mewarisi bisnis pertambangan dari ibu mereka, Gina Ginehart. Sisanya mendapat kekayaan dari perusahaan peranti lunak.

Jerman

Mereka adalah Kevin David Lehmann (18 tahun / drogerie markt), Lisa Draexlmaier (30 tahun / Fritz Draexlmaier Holding GmbH), Ludwig Theodor Braun (31 tahun / B. Braun Melsungen), Eva Maria Braun-Luedicke (34 tahun / B. Braun Melsungen), Hakan Koç (36 tahun / Auto1), Friederike Braun-Luedicke (37 tahun / B. Braun Melsungen), Christian Bertermann (37 tahun / Auto1).

Auto1 itu perusahaan peranti lunak. B. Braun Melsungen itu perusahaan medis. drogerie markt itu perusahaan obat-obatan. Kevin David Lehman, Lisa Draexlmaier, Ludwig Theodor Braun, Eva Maria Braun-Luedicke, Friederike Braun-Luedicke itu mewarisi bisnis dari keluarga mereka.

Irlandia

Mereka adalah pendiri Stripe, yaitu Patric Collison (32 tahun) dan John Collison (30 tahun). Stripe adalah perusahaan peranti lunak.

Rusia

Mereka adalah Said Gutseriev (32 tahun / pertambangan dan finansial), Timur Torlov (33 tahun / Freedom Holding), Dmitry Bukhman (35 tahun / Playrix), Pavel Durov (36 tahun / Telegram), Igor Bukhman (39 tahun / Playrix).

Freedom Holding, Playrix dan Telegram adalah perusahaan peranti lunak. Said Gutseriev mewarisi bisnis dari orang tuanya.

Swedia

Mereka adalah Tom Persson (35 tahun / H&M), Daniel Ek (38 tahun / Spotify), Victor Jacobsson (39 tahun / Klarna), Sebastian Siemiatkowski (39 tahun / Klarna), Katarina Martinson (39 tahun / L.E. Lundbergforetagen AB).

Tom Persson dan Katarina Martinson mewarisi kekayaan atau bisnis dari keluarga mereka. Spotify dan Klarna itu perusahaan peranti lunak.

Brazil

Mereka adalah Pedro de Godoy Bueno (30 tahun / Diagnosticos da America Sa), Anne Werninghaus (35 tahun / WEG), AndrΓ© Street (36 tahun / StoneCo), Franco Bittar Garcia (37 tahun / Magazine Luiza), Eduardo Saverin (39 tahun / Facebook).

Pedro de Godoy Bueno, Anne Werninghaus, Franco Bittar Garcia mewarisi bisnis dari keluarga mereka. StoneCo adalah perusahaan peranti lunak. Facebook adalah…. yah, kalian tahu sendirilah.

Peranti Lunak

Dari cerita di atas, kalau kalian tidak punya orang tua kaya dan kalian ingin menjadi sangat kaya, cara paling ampuh adalah lewat teknologi peranti lunak. No debate.

Hmmmm, tidak juga sih. Tiongkok punya cerita berbeda. Ada beberapa yang bisa menjadi sangat kaya dengan perangkat keras. Tapi membangun perusahaan perangkat keras itu lebih susah daripada perusahaan peranti lunak. Jadi mending kalian membangun perusahaan peranti lunak.

Kalian sebagai pemrogram punya kesempatan besar untuk mendirikan perusahaan peranti lunak atau perintis (startup). Betul, untuk mendirikan perintis, tidak perlu menjadi pemrogram. Winklevoss bersaudara itu bukan pemrogram. Mereka punya gelar MBA dan mereka paham tentang mata uang kripto. Tapi banyak yang punya latar belakang pemrogram, misalnya Mark Zuckerberg (Facebook), Bobby Murphy (Snap), Brian Armstrong (Coinbase), Patrick Collison (Stripe).

Kita memang belum ada billionaire dari perusahaan peranti lunak. Tapi pendiri Tokopedia, Traveloka, Bukalapak itu latar belakangnya pemrogram. Mereka kuliah sistem informatika, atau ilmu komputer, dan sebagian pernah bekerja sebagai pemrogram (software engineer). Lihat Linkedin mereka kalau kalian tidak percaya. Sekarang kekayaan mereka trilyunan Rupiah. Masih belum billionaire tapi not bad-laaaaaah. Berapa banyak sih orang Indonesia yang bisa mendapat kekayaan Rp 1 trilyun tanpa orang tua kaya?

Skala peranti lunak itu sangat mengerikan. Sungguh besar. Ambil contoh: Bobby Murphy, pendiri dan CTO Snap, punya kekayaan 11 milyar USD (11 billions). Kalau dia jadi warga +62, dia jadi orang terkaya ketiga di tanah air tercinta ini. Dia cuma kalah dengan Hartono bersaudara. Dia mulai mendirikan perusahaan Snap bersama Evan Spiegel, tahu 2011. Cuma butuh 10 tahun saja menjadi orang ketiga terkaya di Indonesia. 😱

Kekayaan Hartono bersaudara itu memang sudah tidak masuk akal. Cuma mereka orang Indonesia yang masuk daftar 100 orang terkaya di bumi. Satu-satunya orang di bawah 40 tahun yang lebih kaya dari mereka adalah Mark Zuckerberg, CEO Facebook.

Tapi Apakah Harus Jadi Billionaire?

Tidak. Beberapa dari teman saya bilang kepada saya target kekayaan mereka itu puluhan milyar Rupiah. Tidak sampai Rp 1 trilyun malah. Saya tahu tidak semua orang ambisius sampai mau jadi billionaire. Mereka masih mau jadi orang kaya, cuma levelnya “cukup” sampai puluhan milyar Rupiah. Kita sebut level kekayaan ini millionaire. 1 million = 1 juta. Satu juta dollar itu 14 milyar Rupiah.

Yah, tidak apa-apa. Tapi Anda tetap mencari penghasilan di dunia teknologi peranti lunak. Cuma ketimbang mendirikan perusahaan, Anda bisa mencapai target puluhan milyar Rupiah itu dengan menjadi karyawan saja. Tapi pastikan Anda mendapat saham. Atau Anda bisa membuat bisnis swakarya.

Tapi untuk menjadi billionaire, Anda mesti menjadi pendiri perintis. Bisa sih jadi billionaire dengan menjadi karyawan doang. Tapi kemungkinannya sangat kecil. Dari daftar billionaire yang saya kumpulkan itu, cuma ada satu karyawan (bukan pendiri) yang jadi billionaire. Dia adalah Ryan Graves, karyawan pertama Uber.

Oh ya, perintis Anda mesti didanai oleh VC. Tanpa bantuan VC, susah Anda menjadi billionaire. Dari daftar billionaire yang saya kumpulkan, ada sih pendiri perintis yang menjadi billionaire tanpa bantuan VC, yaitu Valentin Kipyatkov, pendiri JetBrains. Tapi sedikit jumlahnya. Mungkin cuma dia.

Sampai di sini, ceritanya sudah selesai. Anda bisa kembali ke hidup Anda dan memutuskan apakah Anda mau jadi billionaire atau tidak. Kalau iya, apa rencana Anda. Perintis apa yang Anda ingin bangun? Nanti cerita-cerita ke saya. πŸ˜‰

Berikut saya ceritakan rencana saya menjadi billionaire. Anda bisa stop di sini. Tapi Anda bisa lanjut kalau Anda sedang bosan.

Rencana Arjuna Sky Kok Menjadi Billionaire

Sebagian dari pembaca blog saya yang budiman pasti tahu saya punya proyek PredictSalary, Mamba, SwanLove, dan ParttimeCareers. PredictSalary adalah alat untuk memprediksi gaji dari lowongan pekerjaan. Mamba adalah kerangka pengembangan blockchain. SwanLove adalan situs pencarian jodoh (dating). ParttimeCareers adalah situs lowongan pekerjaan paruh waktu.

Pusat dari strategi saya adalah SwanLove. PredictSalary dan Mamba mendukung SwanLove. ParttimeCareers berdiri sendiri. Saya membuat ParttimeCareers cuma buat kasih alternatif kepada orang yang tidak mau kerja penuh waktu dengan berbagai alasan, misalnya menjaga anak atau orang tua. Banyak perempuan yang ingin menjaga anak dan tidak ingin bekerja penuh waktu di kantor. Bekerja sebagai ibu rumah tangga 100% tidak selalu cocok bagi semua orang. Jadi pekerjaan paruh waktu bisa menjadi alternatif yang menarik. Ini adalah proyek renjana (passion) saya.

Mari kita fokus terhadap PredictSalary, Mamba, dan SwanLove. Mereka inilah yang akan membuat saya kaya. Integrasi seperti apakah yang akan dibangun di antara mereka?

Integrasi Mamba, SwanLove, dan PredictSalary

Sebagian dari kalian mungkin sudah tahu bahwa bakal ada fitur prediksi gaji dari profil Linkedin di SwanLove. PredictSalary bakal jadi gerbang orang-orang menuju ke SwanLove. Anggap saja strategi pemasaran. Orang-orang kan penasaran terhadap gaji. Nanti PredictSalary bakal jadi sesuatu yang mirip Levels.fyi.

Sebagian orang berpandangan miris terhadap SwanLove. Karena SwanLove menggunakan PredictSalary sebagai salah satu daya tariknya, orang berpikir SwanLove adalah tempat berburu orang kaya. Apakah ini situs tempat sugarbaby, sugardaddy, sugarmommy berkumpul? Tentu saja tidak.

Nama SwanLove itu mengandung kata swan 🦒 yang artinya angsa. Angsa itu adalah hewan monogami. Biasanya mereka berpasangan sampai salah satunya mati. Dan ada kata love juga. Filosofi SwanLove adalah membantu orang mencari hubungan berdasarkan cinta yang mengarah secara alamiah ke pernikahan, atau minimal hubungan jangka panjang.

A Pair of Swan
Sepasang angsa

Kalau saya menggunakan simbol hewan lain, seperti kelinci atau bonobo, bolehlah Anda menuduh saya yang bukan-bukan. Misalnya domain situs pencarian jodoh saya adalah https://bonobo.xxx atau https://rabbit.fun, bolehlah Anda menuduh saya ini sebagai orang yang sangat dangkal. Tapi ini angsa ya. Simbol cinta monogami.

Salah satu syarat hubungan yang sehat adalah batas keamanan itu sudah terpenuhi. Anda bisa memikirkan cinta kalau kebutuhan pangan, sandang, dan pangan sudah tercukup. Dibutuhkan suatu level gaji (atau kekayaan) tertentu untuk menciptakan rasa aman. Mana Anda bisa memikirkan cinta kalau perut Anda kosong?

Tentu saja, gaji bukanlah segalanya. Masih ada faktor lain yang perlu diperhatikan juga untuk membangun hubungan yang sehat. Akan saya bahas juga di artikel ini.

Situs SwanLove ini memberi orang cara untuk memverifikasikan profil Linkedin mereka. Artinya apa? Target pemasaran saya adalah kaum profesional. Tapi itu pun masih terlalu besar. Saya mengecilkan target saya menjadi karyawan-karyawan yang bekerja di dunia perintis, seperti software engineer, machine learning engineer, product manager, product designer, UX researcher, dan sebagainya. Saya ingin membantu mereka mencari jodoh.

Faang Shaadi
FaangShaadi

Setelah pasar karyawan-karyawan dunia perintis dikuasai, barulah saya bergerak ke pasar yang lebih luas. But we have to start from somewhere.

Verifikasi profil Linkedin ini juga memberi kita cara untuk menilai apakah orang tersebut berbahaya atau tidak. Seandainya seorang pria bernama Budi ingin berkenalan dengan Susi, Susi bisa melihat Budi memiliki profil Linkedin sebagai Machine Learning Engineer di Gojek. Budi bisa menunjukkan referensi dari HRD Gojek bahwa dia tidak memiliki masalah perilaku di perusahaan Gojek. Dengan begitu, Susi setidaknya punya rasa aman ketika bertemu dengan Budi. Jika Budi bertindak “macam-macam”, Susi bisa melaporkan ke Gojek.

Selain itu, jika orang-orang sudah kembali ke kantor, saya bisa bikin fitur kencan buta (blind date) bagi orang-orang yang kantornya berdekatan. Misalnya Tiket.com dan Cermati berbagi satu gedung, saya bisa atur Susi yang bekerja sebagai DevOps Engineer di Tiket.com untuk makan siang dengan Budi yang bekerja sebagai Product Designer di Cermati. Jika cocok, bagus. Jika tidak, setidaknya mereka bisa berteman.

Jika Linkedin sudah saya kuasai, nanti saya ekspansi SwanLove ke media sosial yang lain, seperti GitHub, Strava, dll. Misalnya Susi punya akun Strava dan dia suka bersepeda. Budi juga demikian. Mereka punya minat dan hobi yang sama. Mereka bisa saling mencari lewat SwanLove sepanjang mereka sudah memverifikasikan akun Strava mereka di SwanLove.

Di SwanLove, Anda bisa “menunjukkan” kelebihan Anda. Anda punya gaji tinggi? Anda bisa kirim slip gaji ke saya sehingga saya bisa verifikasi gaji Anda. Nanti Anda bisa tunjukkan penghasilan Anda yang sudah terverifikasi (berupa blue checked mark) ke orang-orang tertentu. Anda ingin dia tahu Anda pintar sekali? Anda bisa menghubungkan profil Kaggle Anda ke profil SwanLove. Anda bisa mengirimkan hasil IELTS kepada saya. Anda bisa menghubungkan profil Chess.com ke profil SwanLove. Anda ingin menunjukkan Anda populer sekali? Anda bisa menghubungkan profil Twitter ke SwanLove. Anda ingin menunjukkan bahwa fisik Anda fit sekali? Anda bisa menghubungkan profil akun aplikasi fitness ke profil SwanLove.

Sebagian dari Anda pasti berpikir, “Sungguh dangkal!” Pencarian jodoh itu dari sudut pandang tertentu adalah dangkal. Tapi begitulah aturan mainnya. Anda tahu burung merak? Dia mengembangkan bulu ekornya untuk menunjukkan “kehebatannya” supaya dipilih oleh merak betina. Ada juga burung yang “menyombongkan” sarangnya kepada burung lain.

Bagaimana dengan cinta sejati? Itu baru datang setelah daya tarik tercukupi. Bagi kebanyakan orang, harus ada daya tarik tertentu sebelum cinta sejati punya kesempatan untuk tumbuh. Barulah mereka “ada” kesempatan untuk membangun cinta sejati. Tapi mengharapkan orang untuk langsung membangun cinta sejati di awal-awal itu adalah Mission Impossible.

Nanti ada juga aspek kepribadian. Orang dominan dan pendiam cocoknya sama siapa? Orang pasif dan pemikir cocoknya sama siapa? Orang yang sosial sekali dan punya empati tinggi cocoknya sama siapa? Saya juga akan mengurusi hal itu.

Mencari jodoh itu seperti membangun perintis. Ada aspek pemasaran di mana Anda “mempromosikan” diri Anda. Tapi ada aspek produk juga. Kalau produknya jelek, susah juga melakukan pemasaran. Pernah lihat meme di mana satu ikan berenang ke kelompok ikan dan semuanya langsung kabur? Yah, seperti itulah.

Anggap aspek gaji dari diri Anda merupakan kelemahan Anda dalam menarik jodoh. PredictSalary selain memprediksi gaji dari lowongan kerja atau profil Linkedin juga bakal membuat walkthrough bagaimana cara mencapai gaji tinggi. Ada beberapa pekerjaan yang melewati gaji Rp 100 juta per bulan. Salah satuny adalah Head of Engineering. Nanti bakal dibikin daftar misi yang Anda harus selesaikan sebelum mencapai posisi tersebut. Contoh misinya adalah menyelesaikan 100 masalah LeetCode, mendapat IELTS 7, membaca berbagai buku tentang pemrograman, kerja di perusahaan tertentu selama beberapa bulan, dll. Seperti video game RPG. Dengan begini, orang memiliki kesempatan untuk meningkatkan daya tariknya dalam mencari jodoh.

Dengan begitu, saya sudah menyelesaikan cerita tentang integrasi antara PredictSalary dan SwanLove.

Oke, sekarang kita akan bahas integrasi antara SwanLove dan Mamba. Mamba adalah sesuatu yang berhubungan dengan blokchain. Kenapa situs dating membutuhkan blockchain?

Misalkan Anda ingin menunjukkan kekayaan (bukan gaji) kepada orang-orang di SwanLove, Anda bisa mengirimkan scan STNK mobil BMW kepada saya sehingga saya bisa memverifikasikan bahwa Anda punya kekayaan sebuah mobil BMW.

Dengan blockchain Anda bisa menunjukkan kekayaan dengan cara lain. Anda bisa membeli CryptoPunk yang harganya ratusan juta sampai milyaran Rupiah dan menunjukkannya di profil SwanLove Anda. Anda bisa menggunakan tandatangan digital untuk membuktikan kepemilikan aset blockchain Anda. Yup, gak jaman lagi menunjukkan kekayaan dengan mobil. Sekarang orang pakai NFT (Non-Fungible Token) untuk menunjukkan kekayaan mereka.

Jika Anda mencari alamat arjunaskykok.eth di Etherscan, Anda akan melihat kekayaan saya di Ethereum seperti ini.

Kekayaan Arjuna Sky Kok di Ethereum

Total nilai kekayaan saya adalah sebesar $ 2800 (ETH $ 1700 dan token lainnya $ 1100). Cara ini lebih praktis daripada mengirimkan scan STNK mobil Anda kepada saya.

Nah, Anda juga bisa melihat transaksi saya di Ethereum seperti ini.

Transaksi Ethereum Arjuna Sky Kok

Anda bisa melihat saya menjual kartu Gods Unchained. Nah, saya inginkan bayangkan bahwa transaksi di Ethereum itu sebagai “bukti partisipasi” Anda di suatu organisasi. Bayangkan, Anda pergi ke sebuah taman nasional di Indonesia untuk melakukan kegiatan sukarelawan dalam konservasi elang Jawa. Partisipasi Anda dapat dicatat di Ethereum oleh pengelola taman nasional yang bersangkutan. Pengguna SwanLove dapat melihat kegiatan sukarela Anda di Ethereum (jika Anda menghubungkan alamat Ethereum Anda ke profil SwanLove Anda). Kebaikan hati Anda terhadap elang Jawa mungkin saja menentukan jodoh Anda. Banyak orang tertarik terhadap mereka yang memiliki kasih sayang terhadap binatang.

Terakhir, nanti saya mau menambahkan aspek decentralized ke SwanLove. SwanLove adalah situs yang centralized. Artinya saya sebagai pihak pengelola SwanLove bisa menghapus akun Anda kalau saya tidak suka dengan Anda. Saya tinggal masuk ke console PostgreSQL dan mengnonaktifkan akun Anda. Saya bisa juga membuat akun Anda menjadi “tidak menarik” di hadapan pencari jodoh sehingga Anda menjadi berat jodoh. Saya tinggal ubah atribut Anda menjadi lebih jelek jika profil Anda dilihat oleh orang-orang tertentu. Saya orang yang baik hati. Saya tidak akan melakukan hal itu. Tapi saya bisa berubah jadi jahat. Aspek decentralized mencegah orang jahat melakukan hal-hal buruk di sistem centralized. Bayangkan SwanLove itu sebagai smart contract dan Anda “berinteraksi” dengan alamat Ethereum Anda. Dengan begitu, Anda akan aman dari tindakan jahat saya. Aspek decentralized juga memberi Anda privasi.

Sebelum saya mengembangkan aspek decentralized ini, saya akan melakukan pemanasan dulu. Saya juga akan membantu seniman Bali untuk menjual karya digital mereka sebagai NFT. Tidak seambisius Rarible tapi lebih kecil dari itu. Terus banyak hal-hal yang mesti dikerjakan untuk SwanLove: sistem dialog (chatting), verifikasi gaji, integrasi dengan alamat Ethereum, mobile app, analisa foto profil SwanLove, dll. Saya juga masih menunggu teknologi yang bisa meningkatkan scalability di Ethereum, seperti Optimism.

Begitulah cerita saya. Semoga Anda terhibur.

Jika Anda tertarik berinvestasi kepada saya, Anda bisa menghubungi saya di ceo _AT_ swan.love.

Bagi kalian, yang sudah membaca sampai akhir artikel ini, dan memutuskan untuk menjadi billionaire, izinkan saya mengucapkan salam perpisahan, “I’ll see you on the top, buddy!

Calon Billionaire
Calon Billionaire
Categories
salary wealth

Pekerjaan Paruh Waktu

Jadi beberapa hari yang lalu, aku mendapat inspirasi untuk membuat situs lowongan pekerjaan paruh waktu. Situs ini aku namakan ParttimeCareers. Aku mendapat inspirasinya (jam 4 sore). Beberapa waktu kemudian aku langsung beli domainnya. Aku merilis situsnya malam itu juga (jam 11 malam). Kemudian aku mengumumkannya di Hacker News malam itu juga dan besoknya di Linkedin. Respon sejauh ini positif (dari survei, Linkedin, dan Google Analytics). Sebenarnya ide untuk membuat situs lowongan pekerjaan paruh waktu ini sudah lama ada (dari 1-2 tahun lalu). Cuma dorongan kuat untuk memanifestasikan ide ini dan waktu yang tepat baru saya dapatkan beberapa hari yang lalu.

Berikut statistik posting Linkedin tentang pekerjaan paruh waktu.

Statistik posting Linkedin
Statistik posting Linkedin

Posting Linkedin itu sebentar lagi mencapai angka 10 ribu views. Dari pengalaman saya, posting saya di Linkedin yang lewat angka 10 ribu views atau 100 likes harus mendapat perhatian dari saya. Ada “sesuatu” di sana. Ada tren di sana. Ada yang tidak boleh saya lewatkan. Alam semesta sedang mengirim pesan kepada saya.

Kemudian mari kita lihat statistik Google Analytics.

Statistik Google Analytics
Statistik Google Analytics

Dari statistik ini, aku mendapat kilasan cahaya tentang keinginan orang untuk bekerja paruh waktu.

Kemudian aku membuat survei dan menyebarkannya ke teman-teman. Yang ikut cuma 51 responder sih. Mari kita lihat.

Ini hasil penuhnya: https://arjunaskykok.s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/survei/survei_pekerjaan_paruh_waktu.pdf

Mari kita bahas pertanyaan pertama.

Apakah Anda sedang/bakal mencari pekerjaan paruh waktu?
Apakah Anda sedang/bakal mencari pekerjaan paruh waktu?

Hanya 14% yang benar-benar ingin bekerja penuh waktu sampai pensiun (atau dalam jangka waktu lama).

Apa alasan mau bekerja paruh waktu?
Apa alasannya?

Dugaan saya sebelum bikin survei, mengurus anak bakal jadi alasan nomor satu. Saya “setengah salah”. Membangun bisnis adalah alasan utama orang mau bekerja paruh waktu.

Tapi yang menjawab “membangun bisnis” itu hampir semuanya laki-laki. Yang menjawab “mengurus anak” itu hampir semuanya perempuan.

Terbuka terhadap karyawan paruh waktu?
Terbuka terhadap karyawan paruh waktu?

Setengah orang terbuka terhadap karyawan paruh waktu tanpa syarat. Sisanya ada syarat.

Jumlah jam kerja paruh waktu yang bisa ditolerir?
Jumlah jam kerja paruh waktu yang bisa ditolerir?

Jawaban ini cukup bervariasi.

Bersimpati kepada karyawan paruh waktu demi anak
Bersimpati kepada karyawan paruh waktu demi anak

Ternyata banyak yang bersimpati terhadap Susi. πŸ˜‰

Nah, kombinasi dari statistik Linkedin, statistik Google Analytics, dan survei ini membuat saya dapat merasakan kerinduan orang terhadap pekerjaan paruh waktu.

Mengurus Anak

Saya sering bertemu dengan teman-teman saya yang menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Sebagian dari mereka berpendidikan tinggi (minimal S1). Kadang-kadang saya bertanya apakah potensi mereka tidak tersia-siakan dengan menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Di kebanyakan kasus mereka memiliki suami yang menjadi pencari nafkah 100%. Gaji suami cukup untuk menghidupi keluarga mereka. Nah, dari yang saya lihat (tergantung anaknya umur berapa) ibu-ibu rumah tangga penuh waktu ini tidaklah selalu sibuk 100%. Ketika anak masih di bawah 3 tahun, iya, mereka harus mengerahkan seluruh raga dan jiwa mereka dalam mengurus anak mereka. Tapi ketika anak sudah besar, misalnya berumur 6 tahun, mengurus anak tidaklah memerlukan waktu 24 jam. Ada beberapa waktu di mana ibu-ibu rumah tangga ini memiliki banyak waktu luang (apalagi mereka memiliki asisten rumah tangga).

Kemudian saya membayangkan sebuah kasus hipotesis. Susi adalah pemrogram iOS yang mengerti juga Kubernetes (kombinasi yang jarang). Dia bekerja selama 8 tahun sebelum menikah. Suaminya bergaji tinggi karena bekerja sebagai VP of Marketing. Susi melahirkan seorang anak. Setelah mengurus anaknya penuh selama 2 tahun, Susi ingin kembali bekerja untuk mengekspresikan diri atau menambah uang saku atau ingin bersosialisasi di luar rumah. Tapi pekerjaan yang tersedia di pasar cuma pekerjaan penuh waktu (40 jam per minggu). Susi tidak bersedia bekerja penuh waktu karena dia ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan anak atau dia tidak percaya pengasuh anak (babysitter) 100%. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak bekerja sama sekali. Toh, gaji suaminya sudah cukup besar. Tidak masalah bagi dia sih.

Tapi keputusan dia memberikan masalah bagi kita. Kita kehilangan keahlian (expertise) dan potensi penciptaan kekayaan. Anda pikir gampang mencari pemrogram iOS senior yang jago? Negara juga kehilangan potensi pendapatan dari pajak terhadap penghasilan Susi.

Bayangkan kalau Susi bekerja paruh waktu misalnya 20 sampai 30 jam per minggu. Dia masih bisa berkontribusi terhadap masyarakat (walaupun tidak penuh). Perusahaan bisa menciptakan kekayaan (aplikasi iOS) dengan keahlian Susi. Negara mendapat pemasukan dari pajak (baik dari gaji Susi maupun pemasukan perusahaan).

Ada banyak Susi di luar sana. Bayangkan kalau ada 1000 Susi di luar sana, berapa banyak potensi kekayaan yang terlewatkan oleh kita?

Susi yang ingin mencari tambahan penghasilan akhirnya dihadapkan kepada beberapa pilihan, yaitu menjadi agen asuransi, agen MLM, atau menjual masakan di dalam rumah. Tidak ada yang salah dari ketiga mata pencaharian itu. Tapi jika bakat Susi adalah pemrograman iOS, adalah lebih baik bagi dia untuk mencari penghasilan lewat keahlian dia yang langka itu.

Pasti ada yang bilang, di luar sana ada banyak ibu yang bekerja 100%. Kenapa Susi harus diistimewakan? Karena dengan mengistimewakan Susi, kita juga yang akan diuntungkan secara kolektif. Akan saya jelaskan lebih lanjut di bawah.

Bisnis

Ini alasan paling populer di survei tapi Anda harus ingat bahwa 76% pengambil survei ini adalah laki-laki dan 50% alasan laki-laki mengambil pekerjaan paruh waktu adalah untuk membangun bisnis.

Jika dipikir-pikirkan kembali, ini adalah ide yang bagus. Indonesia kekurangan pengusaha kan? Tapi untuk membangun bisnis, Anda butuh modal. Jika Anda bukan anak orang kaya, Anda harus menabung terlebih dahulu. Hidup dari tabungan memiliki resiko tersendiri. Bisa sih mendapat modal lewat Venture Capitalist (VC). Tapi hal itu memiliki kompleksitas tersendiri.

Tapi bayangkan orang itu (tidak harus laki-laki; bisa perempuan juga) bekerja paruh waktu 20-30 jam dan sisa waktunya dipakai untuk membangun bisnis. Misalnya dia membuat aplikasi video game di platform Steam. Kalau seandainya aplikasi dia gagal, dia masih ada gaji yang menghidupi dia. Kalau seandainya berhasil, dia sudah menciptakan kekayaan di masyarakat dengan aplikasi video game-nya. Dia memiliki tambahan penghasilan dan negara mendapat tambahan pemasukan dari penghasilan dia (dengan asumsi aplikasi video game-nya itu tidak gratis dan memiliki penghasilan dari penjualan langsung atau in-app purchase).

Dari Sudut Pandang Perusahaan

Perusahaan tidak memandang pekerjaan paruh waktu dengan keceriaan. Mereka jauh lebih suka menerima karyawan penuh waktu. Tapi saya akan memberikan alasan kenapa perusahaan harus bersikap terbuka karyawan paruh waktu.

Oh ya, saya harus jelaskan karyawan paruh waktu beda dengan pekerja lepas (freelancer). Karyawan paruh waktu itu seperti karyawan penuh waktu tapi jumlah jam kerjanya di bawah 40 jam per minggu. Pekerja lepas itu yah mungkin bekerja berdasarkan proyek.

Kita tahu Indonesia kekurangan orang yang memiliki bakat teknologi (tech talent). Bajak membajak karyawan teknologi adalah hal lumrah. Banyak yang bingung bagaimana bersaing dengan unicorn atau perusahaan raksasa dalam mempekerjakan karyawan teknologi. Bayangkan Anda menawari Susi Rp 40 juta per bulan, tapi unicorn seperti Bobopi atau Sosola (nama ini adalah fiktif) berani membayar jasa Susi sebesar Rp 60 juta per bulan. Banyak cara untuk menarik Susi ke dalam perusahaan Anda dengan gaji yang kalah jauh daripada gaji di unicorn atau perusahaan raksasa. Misalnya kharisma Anda, opsi saham, opsi bekerja di rumah, dll. Tapi Anda juga bisa menawari pekerjaan paruh waktu kepada dia (jika dia menginginkannya). Misalnya Susi ingin bekerja 30 jam per minggu. Jadi gajinya menjadi Rp 30 juta per bulan. Tidak masalah apakah alasan Susi adalah demi anak atau demi hobi atau demi bisnis. Bobopi atau Sosola mungkin tidak bisa memberi pekerjaan paruh waktu kepada Susi tapi Anda dapat.

Visioner

Tahukah Anda bahwa saya adalah seorang visioner? 😎

Pada tahun 2007 saya melamar pekerjaan sebagai pemrogram jarak jauh (remote engineer). Iya, 13 tahun sebelum pekerjaan jarak jauh itu menjadi “lumayan” mainstream. Saya cuma bekerja selama 1 bulan. Saya tidak cocok dengan perusahaan yang bersangkutan waktu itu. Kemudian saya menyerah. Saya ambil jalan normal. Waktu itu, saya gampang menyerah.

Tapi mengenang kembali peristiwa itu membuat saya lumayan yakin terhadap kemampuan saya memprediksi masa depan. Melihat “tren” pekerjaan paruh waktu sekarang ini mengingatkan saya kepada tren remote pada tahun 2007. Masih sangat awal. Jika Anda kembali ke masa lampau misalnya 10 tahun lalu di Indonesia, dan Anda meminta untuk bekerja sebagai pemrogram di rumah, jangan harap permintaan Anda akan disetujui. Seperti itulah reaksi perusahaan di Indonesia terhadap pekerjaan paruh waktu sekarang ini. Tapi di luar Indonesia, orang-orang sudah mulai terbuka terhadap pekerjaan paruh waktu. Iya, seperti tahun 2007 di mana orang-orang di luar sana sudah mulai terbuka terhadap pekerjaan remote. Tapi ada kemungkinan besar perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai terbuka terhadap budaya kerja paruh waktu belasan tahun lagi.

BELASAN TAHUN LAGI? Siapa yang sanggup menunggu selama itu? Nah, bagi kalian pembaca blog saya yang budiman, yang sedang mencari pekerjaan paruh waktu sekarang ataupun dalam waktu dekat, keadaan tidaklah seburuk yang Anda duga. Anda bisa mencari pekerjaan paruh waktu di luar sana. Kan sekarang orang bisa bekerja di mana saja (dengan asumsi pekerjaan-pekerjaan teknologi seperti rekayasa peranti lunak).

Perdalam bahasa Inggris dan keahlian-keahlian yang banyak dicari orang (React, Android, Python, dll) di luar sana.

Produk Domestik Bruto

Pasti ada di antara kalian yang takut tren pekerjaan paruh waktu ini akan membuat Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi kurang kompetitif. Bayangkan semua orang bekerja paruh waktu, mau jadi apa Indonesia ini? 😱

Saya mendukung orang yang mencari pekerjaan paruh waktu seperti contoh Susi di atas tidak berarti saya menginginkan semua orang bekerja paruh waktu di masyarakat. Visi saya adalah 80% orang bekerja penuh waktu dan 20% orang bekerja paruh waktu (dengan berbagai alasannya). Jangan tanya saya darimana saya ambil angka 80% – 20%.

Selain itu 1 orang di hidupnya akan mengalami periode di mana dia ingin bekerja penuh waktu, dan ada kalanya dia ingin bekerja paruh waktu. Misalnya Susi lulus kuliah umur 21 tahun, kemudian dia bekerja penuh waktu sampai umur 30 tahun. Pada usia itu dia menikah dan melahirkan anak. Dia berhenti bekerja selama 3 tahun. Kemudian pada umur 33 tahun, dia bekerja paruh waktu sampai umur 40 tahun. Kemudian pada umur 40 tahun dia bekerja penuh waktu sampai dia pensiun.

Dengan memaksa Susi bekerja penuh waktu pada umur 33 tahun di mana dia masih ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan anaknya, kita mengambil resiko di mana Susi berhenti bekerja sama sekali karena tidak ada yang mau mempekerjakan dia paruh waktu.

Selain masalah anak, ada juga kasus di mana orang harus mengurus orang tuanya yang sakit parah. Misalnya Budi bekerja penuh waktu sampai umur 35 tahun di mana papanya terkena stroke. Budi ingin mengurangi waktu kerjanya sehingga dia bisa menemani papanya lebih lama setiap minggunya. Anggap mama Budi sudah meninggal.

Pembaca yang budiman dan cerdas pasti ada yang mengusulkan kenapa Budi tidak mempekerjakan perawat untuk mengurus papanya. Jadi Budi bisa berkonsentrasi kepada pekerjaan penuh waktunya. Tidak ada yang salah dengan itu. Dari sisi pendapatan negara, pendekatan ini lebih optimal karena Budi bekerja penuh waktu dan Budi harus membayar gaji kepada perawat yang mengurusi papanya. Jika Budi berhenti bekerja misalnya karena mau mengurusi papanya, negara kehilangan pendapatan dari dua orang yaitu Budi dan perawat.

Tapi tidak semua hal di dunia ini harus diukur dengan ekonomi. Saya yakin papa Budi lebih senang ditemani oleh anaknya, yaitu Budi, ketimbang seorang yang asing. Idealnya, Budi menemani papanya penuh waktu tapi Budi hidup di masyarakat yang tidak sempurna. Budi tidak hidup di dunia Star Trek yang sudah mencapai status post-scarcity society. Jadi Budi harus tetap bekerja. Menurut saya, pekerjaan paruh waktu adalah kompromi yang wajar terhadap situasi Budi. Budi mungkin masih tetap memakai jasa perawat. Dia masih bekerja (walaupun paruh waktu). Tapi dia memiliki waktu tambahan misalnya 10 jam setiap minggunya untuk menemani papanya.

Untuk memperjelas ide ini, bayangkan saya menjadi Presiden NKRI dan saya membuat keputusan untuk meningkatkan pendapatan negara maka semua perempuan tidak boleh menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Mereka harus bekerja untuk meningkatkan produktivitas negara. Lalu yang mengurusi anak mereka? Oh, mereka bisa mempekerjakan pengasuh anak. Dengan demikian maka negara mendapat pemasukan dari pajak terhadap gaji perempuan-perempuan profesional ini. Ekonomi juga menjadi lebih hidup karena perempuan-perempuan profesional ini harus menghabiskan sebagian gajinya untuk membayar jasa pengasuh anak. Bayangkan jika mereka menjadi ibu rumah tangga 100%. Oh, itu adalah tragedi ekonomi karena negara bakal kehilangan pemasukan sekian. Aktivitas ibu mengurusi anak kan tidak termasuk aktivitas komersial sehingga tidak menjadi bagian dari ekonomi.

BUT HAVE WE GONE NUTS OR WHAT? Dunia menjadi terlalu sinis dan dingin jika kita menempatkan ekonomi di atas segalanya. Bobby Kennedy pernah berpidato tentang Produk Domestik Bruto:

Yet the gross national product does not allow for the health of our children, the quality of their education or the joy of their play.Β  It does not include the beauty of our poetry or the strength of our marriages, the intelligence of our public debate or the integrity of our public officials.Β 

It measures neither our wit nor our courage, neither our wisdom nor our learning, neither our compassion nor our devotion to our country, it measures everything in short, except that which makes life worthwhile.Β 

Makanya pekerjaan paruh waktu adalah kompromi yang ideal dari idealisme dan dunia nyata yang tidak sempurna ini.

Rencana ParttimeCareers

Situs ini saya bikin terburu-buru. Ia adalah HTML statik sahaja. Tapi ketika saya memiliki waktu luang, saya akan menggunakan Next.js untuk mengembangkan situs ParttimeCareers. Situs ini akan fokus terhadap pekerjaan paruh waktu di bidang teknologi. Dalam waktu dekat, jangan berharap terlalu banyak dari situs ini. Ia akan hanya menjadi situs daftar pekerjaan-pekerjaan paruh waktu saja. Tapi ke depannya (mungkin 2 tahun lagi) akan ada fitur-fitur lainnya. Misalnya daftar orang-orang yang ingin bekerja paruh waktu. Mungkin bakal ada komunitas. Mungkin bakal ada wawasan tambahan bagi orang-orang yang ingin mendapat pekerjaan penuh waktu. Misalnya mereka harus mengembangkan keahlian apa sehingga mereka gampang mencari pekerjaan penuh waktu. Tentu saja bakal ada integrasi dengan karya tercinta saya, PredictSalary.

Saya berharap karya saya ini akan berguna bagi Anda.

Categories
startup wealth

Startup Mainan Anak Orang Kaya?

Blog ini merupakan lanjutan dari artikel “Kenapa Susah Cari CTO?” yang terpicu oleh kicauan seorang pemodal ventura. Nah, ada satu balasan kicauan itu menyinggung stereotipe latar belakang pendiri perintis, yaitu berasal dari keluarga yang kaya. Dengan kata lain, anak orang kaya yang (kebanyakan) mendirikan perintis.

Sebagian dari Anda pasti bilang, tidak semua kicauan itu sudah pasti benar. Banyak berita bohong beredar di Twitter. Masakan tiap kicauan mesti dibahas dengan satu artikel blog. Betul. Tapi stereotipe ini bukan cuma beredar di Twitter. Ada orang yang bilang ke saya secara langsung ke muka saya sentimen yang serupa. Mari kita bahas topik ini. Tentu saja kita juga akan membahas kerangka pemikiran dan perilaku dalam menghadapi stereotipe ini (jika benar).

Sebelumnya, seperti biasa, saya mesti minta maaf karena judul artikel blog ini menggunakan kata “startup” yang sebenarnya ada padanannya di bahasa Indonesi, yaitu “perintis”. Apa boleh buat? Untuk memasarkan artikel blog ini di media sosial, saya terpaksa “nginggris” soalnya kata “startup” bisa memberikan dampak emosional yang lebih dalam ketimbang kata “perintis”. Maafkanlah saya, Ibu Pertiwi, karena saya terpaksa berkhianat bahasa dalam mengejar jumlah penglihatan (views) artikel ini. πŸ™

Oke, kembali ke topik. Baru-baru ini saya baca artikel kisah seorang pendiri perintis yang berhasil mendapatkan pendanaan satu trilyun Rupiah lebih baru-baru ini. Saya baca kisahnya dan saya buka Linkedin-nya. Sekolah di JIS (Jakarta Intercultural School, dulu namanya Jakarta International School), terus kuliah di Amerika Serikat. Balik ke tanah air, beberapa tahun buka restoran yang lumayan mewah (butuh modal beberapa milyar Rupiah). Kemudian barulah dia mendirikan perintis tersebut.

Tapi itu cuma satu contoh, kata Anda. Betul. Kemudian saya iseng-iseng buka Linkedin CEO sebuah perintis yang valuasinya di atas sepuluh trilyun Rupiah. Sekolahnya di mana? JIS. Kuliah di mana? Amerika Serikat.

Tapi itu baru dua contoh, kata Anda. Betul. Lagipula kuliah di Amerika Serikat belum tentu juga Anda anak orang kaya. Bisa saja Anda pintarnya selangit sehingga dapat beasiswa untuk kuliah di Amerika Serikat. Maka dari itu kita harus menggunakan probabilitas dalam menebak apakah pendiri perintis ini anak orang kaya atau bukan.

Mari kita ambil contoh pendiri yang kebetulan juga CEO 4 yunikon (unicorn) di masa awal. Nadiem Makarim, adalah anak seorang pengacara, lahir di Singapura, kuliah di Amerika Serikat. Saya tidak berani bilang Nadime 100% anak orang kaya. Tapi kemungkinan besar (ingat hukum probabilitas) dia adalah anak orang kaya. Lagipula, jika Nadiem benar anak orang kaya, hal itu tidak mengurangi prestasi cemerlang dia dalam mendirikan perusahaan Gojek. Saya dalam posisi dia belum tentu bakal sesukses dia. Dia berhasil jadi pendiri dan CEO Gojek, perusahaan decacorn. Dalam posisi dia, mungkin saya bakal jadi penulis blog yang sukses. Sama-sama orang sukses, tapi skalanya beda. πŸ™ƒ

Kemudian Ferry Unardi, kuliah di Amerika Serikat. Belum tentu anak orang kaya. Bisa saja dia dapat beasiswa.

Jika Anda bandingkan Nadiem dengan Ferry, probabilitas Nadiem anak orang kaya itu jauh lebih besar daripada probabilitas Ferry. Nadiem memiliki 4 faktor: anak seorang pengacara, kuliah di Amerika Serikat, bersekolah di SMA internasional di Singapura, kuliah di Ivy League. Ferry cuma punya 1 faktor saja: kuliah di Amerika Serikat.

Nah, kabar gembira bagi Anda yang bukan anak orang kaya tapi bercita-cita mendirikan perintis yunikon, dua pendiri yunikon sisanya (kemungkinan besar) bukan anak orang kaya.

Tambahan info (10 Agustus 2020): Teman saya bilang Ferry berasal dari keluarga menengah. Teman saya ini punya hubungan dengan orang-orang di Padang yang “tahu” tentang keluarga Ferry.

William Tanuwijaya, sempat jaga warnet sebelum jadi Bos Tokopedia. Achmad Zaky itu orang tuanya adalah guru SMP. Ingat ya, kita mesti melihat kisah mereka dengan kacamata probabilitas. Saya tidak bilang mereka 100% sudah pasti bukan anak orang kaya tapi kemungkinan besarnya mereka bukan anak orang kaya. Setahu saya, guru SMP susah jadi orang kaya. Saya juga tidak ingat ada anak orang kaya yang sengaja jaga warnet. Banyak orang yang senang membaca kisah mereka ini. Bukan anak orang kaya, tapi akhirnya bisa punya kekayaan sampai Rp 1 trilyun lebih dengan mendirikan perintis. Benar-benar kisah Cinderella.

Nah, imbang ya. 2 (kemungkinan besar) anak orang kaya dan 2 (kemungkinan besar) anak bukan orang kaya berhasil mendirikan (dan menjadi CEO) yunikon.

Selain itu ada seorang pendiri perintis yang terkenal, sampai masuk 30 under 30 Forbes, sempat bercerita, dia bukan anak orang kaya (secara implisit). Dia bilang dia dari kampung. Kuliah di Jakarta.

Terus saya hitung teman-teman saya yang mendirikan perintis, lulusan Amerika Serikat berimbang jumlahnya dengan lulusan dalam negeri.

Apakah terbukti bahwa stereotipe pendiri perintis itu anak orang kaya itu tidak benar? Sebelum menulis artikel blog ini, saya punya rencana untuk buat daftar perintis di Indonesia berikut pendirinya. Terus saya buka Linkedin mereka satu persatu. Lalu saya buat mesin prediksi penggolong (classifier) anak orang kaya atau bukan berdasarkan profil Linkedin mereka. Iya, kayak pembelajaran mesin (machine learning) atau pembelajaran dalam (deep learning).

Fitur-fiturnya seperti kuliah di negara mana, kuliah di Ivy League atau tidak, SMA di sekolah internasional atau tidak. Kalau di Amerika Serikat, kuliahnya di Pantai Barat (West Coast), Pantai Timur (East Coast), atau di tengah-tengah. Orang yang kuliah di West Coast atau East Coast memiliki kemungkinan yang lebih besar sebagai anak orang kaya ketimbang orang yang kuliah di tengah-tengah, misalnya MidWest. Jangan tanya saya dapat dari mana hipotesis ini. Terus kalau dia dapat beasiswa, kemungkinan dia sebagai anak orang kayanya berkurang.

Aplikasi ini akan saya namakan PredictRichParent. πŸ˜‚

Kalau Anda tidak tertawa, mungkin Anda tidak memiliki konteksnya. Mari saya kasih Anda konteksnya. Saya ini pembuat pengaya perambah (browser extension) PredictSalary yang berfungsi untuk memprediksi gaji dari lowongan pekerjaan. Ke depannya, saya mau tambah fitur untuk memprediksi gaji dari profil Linkedin. Nah, sekarang Anda boleh ketawa. πŸ˜‚

Jadi sekarang ini saya masih tidak tahu mana yang lebih banyak: anak orang kaya atau anak bukan orang kaya yang mendirikan perintis. Saya sih pengen lihat distribusi normal kekayaan orang tua mereka. Apakah imbang? 50% vs 50%? Atau anak bukan orang kaya itu sedikit (cuma masuk ekor distribusi normal saja)? Suatu hari saya akan melakukan riset terhadap hal ini. Tapi saat ini saya sibuk.

Lalu memangnya kenapa kalau pendiri perintis itu kebanyakan anak orang kaya? Yang penting anak bukan orang kaya tidak dilarang kan bikin perintis. Betul sih. Cuma begini, teman. Apakah kita sebagai masyarakat menginginkan hal itu? Jika kita memberikan kesempatan lebih besar kepada anak bukan orang kaya untuk mendirikan perintis, mungkin masyarakat kita akan menjadi lebih kaya.

Tapi mereka (anak bukan orang kaya) tidak dilarang bikin perintis kan? Betul, tapi ada banyak hambatan yang menghalangi mereka mendirikan perintis.

Misalnya, menjadi pendiri perintis, sebelum mendapatkan investasi, maka Anda tidak akan digaji. Anda harus menggunakan tabungan Anda. Jika Anda anak bukan orang kaya, maka Anda harus berhemat. Anda pikir 1000x sebelum keluar dari pekerjaan Anda apalagi jika Anda punya tanggungan. Tapi jika Anda anak orang kaya, kualitasi hidup Anda tidak akan turun. Anda bisa minta uang kepada orang tua. Anda masih bisa liburan di Eropa atau Amerika Latin (sebelum pandemi) sebagai pendiri perintis.

Kalaupun Anda mendapat investasi awal (seed funding) di perintis Anda, gaji Anda tidak akan tinggi. Kisarannya Rp 10 juta – Rp 15 juta. Bahkan dari sumber tidak resmi, gaji pendiri perintis bisa di bawah Rp 10 juta. Nah, bagi anak orang kaya, tidak ada bedanya. Orang tua Anda masih bisa mensubsidi Anda. Tapi kalau Anda bukan anak orang kaya, apalagi jika Anda harus memberikan uang kepada orang tua setiap bulan, maka gaji rendah akan menurunkan kualitas hidup Anda.

Manajemen resiko anak orang kaya dan anak bukan orang kaya itu beda. Yang satu bisa menolerir beta yang sangat tinggi. Yang lain tidak punya kemampuan itu.

Ambil contoh: si A, kuliah di Amerika Serikat, terus balik ke tanah air, kerja di perusahaan B selama 1 tahun (kurang-lebih). Setelah itu dia membangun perintis. Dia bangun perintisnya bukan dengan laptop di kamar kos. Dia menyewa satu ruko. Rukonya direnovasi sampai habis ratusan Juta rupiah. Kemudian dia berusaha membajak banyak orang dari perusahaan tempat kerja dia dulu.

Tentu saja, dia belum tentu anak orang kaya. Mungkin tahun 2012, dia menambang Bitcoin. Mungkin dia menulis novel yang laris manis dan royaltinya membuat dia mampu kuliah di Amerika Serikat. Sekali lagi, kita harus menggunakan probabilitas melihat kasus dia. Semuanya itu cuma kemungkinan.

Lagipula kalau dia benar-benar anak orang kaya, tidak ada yang salah dari apa yang dilakukannya. Dia tidak melanggar hukum. Anak orang kaya sah-sah saja kan menyewa ruko dengan uang orang tuanya dan membangun perintis. Kadang saya berpikir, enak banget hidupnya. Tapi saya turut bergembira saja atas rejekinya. Warren Buffet bilang ada yang namanya Ovarian Lottery. Dari rahim mana Anda lahir itu menentukan kesuksesan Anda.

Jadi apa inti artikel blog ini? Artikel ini tidak dapat menjawab apakah benar kebanyakan pendiri perintis itu anak orang kaya atau bukan. Lalu apa gunanya artikel ini? 🀣

Sabar, woi, sabar. Kita akan memasuki bagian terbaik dari artikel ini. Kita akan menggunakan kerangka berpikir yang tepat jika kita adalah anak orang kaya atau anak bukan orang kaya ketika kita ingin membangun perintis.

Jika Anda Adalah Anak Orang Kaya….

Mintalah modal kepada orang tua Anda untuk membangun perintis.

Saya tahu apa yang Anda pikirkan. No shit, Sherlock.

Nasihat ini mungkin terlihat tidak berguna. Jadi saya tambahkan nasihat lainnya.

Jangan merasa bersalah ketika minta modal untuk bikin perintis dari orang tua Anda jika Anda adalah anak orang kaya.

Jangan terlalu memusingkan kata orang lain jika Anda dianggap memiliki privilese. Terus kenapa jika Anda punya privilese?

Apakah Anda harus mengambil sikap Adrian Veidt (Ozymandias) di cerita Watchmen? Adrian, “the smartest man on the planet“, menolak warisan dari keluarganya. Dia membangun perusahaannya dengan sumber daya dia sendiri.

Tapi itu kan cerita fiktif. Di dunia yang sebenarnya, sebagian besar orang menerima bantuan orang tua untuk membangun bisnis, termasuk Jeff Bezos. Dia menerima $300.000 dari orang tuanya untuk membangun Amazon.

Jadi jangan merasa tersinggung ketika ada orang bilang, peran orang tua yang kaya berperan besar dalam kesuksesan Anda sebagai pendiri perintis. So what? Orang tua bekerja keras kan demi masa depan anaknya.

Saya sebagai anak bukan orang kaya malah berharap anak orang kaya mengambil resiko yang jauh lebih besar ketika mendirikan perintis. Jangan bermimpi terlalu rendah. Kebanyakan malah mereka (anak orang kaya) membuat saya kecewa karena mereka main terlalu aman.

Jika orang tua Anda kaya (misalnya mereka punya ratusan milyar Rupiah), saya berharap Anda membuat perintis yang tidak terjangkau oleh anak-anak bukan orang kaya seperti saya. Misalnya: membuat prototipe mobil listrik swakemudi, exoskeleton (seperti Iron Man atau Edge of Tomorrow), manipulasi gen CRISPR, dan ide-ide lainnya yang butuh banyak duit. Jika orang tua saya punya ratusan milyar Rupiah, saya akan minta Rp 50 milyar untuk bikin prototipe mobil listrik swakemudi.

Tidak semua orang “beruntung” terlahir dari orang tua yang punya ratusan milyar Rupiah. Jadi manfaatkan privilese Anda itu semaksimal mungkin. Malah jika Anda terlahir dari orang tua konglomerat yang punya harta trilyunan, bagusnya menurut saya, Anda mencoba untuk membuat perusahaan satelit atau roket. Tapi kalau Anda “cuma” mau bikin mobil listrik, juga tidak apa-apa. πŸ˜‰

Jika Anda Adalah Anak Bukan Orang Kaya….

Jangan khawatir. Masih ada harapan bagi Anda yang ingin bikin perintis. Anda harus menggunakan strategi yang apik. Anda harus bekerja lebih keras. Anda harus lebih kreatif.

“Bukan orang kaya” itu maksudnya orang yang tidak miskin dan punya harta di bawah Rp 10 milyar. Ada tingkatannya “bukan orang kaya” ini. Orang tua saya tidak kaya. Tapi jika saya bangkrut, saya masih bisa menelpon mereka untuk minta dikirimkan uang sehingga saya tidak mati kelaparan. Tapi saya tidak bisa minta uang untuk bikin restoran (sekitar Rp 2-4 milyar). Saya tidak bisa minta uang dari mereka untuk beli mobil Tesla. Mereka tidak ada uangnya. Saya tidak perlu kirim uang ke mereka karena mereka masih punya penghasilan. Terus di bawah tingkatan ini ada teman saya yang harus kirim uang ke orang tuanya tiap bulan karena orang tuanya sudah pensiun dan tidak punya penghasilan. Dana pensiunnya habis karena satu dan lain hal. Privilese saya lebih tinggi daripada privilese teman saya. Tapi privilese kami jauh lebih rendah daripada privilese anak konglomerat. Privilese ini bukan hitam dan putih, tapi spektrum. Ada warna abu-abu (#d3d3d3) di tengah-tengah warna hitam (#000) dan warna putih (#fff).

Nah, kalau Anda tidak punya orang tua yang kaya, Anda bisa menikah dengan orang yang kaya atau anak orang kaya. Saya punya teman saya yang menikah dengan anak orang kaya dan dia diberi modal oleh mertuanya untuk membangun bisnis (bukan perintis, tapi bisnis tradisional). Anda boleh percaya atau tidak. Pernikahan adalah cara yang sah dan tidak melanggar hukum untuk menjadi kaya. 🀣

Kalau Anda tidak dapat menemukan orang kaya atau anak orang kaya yang bersedia menikah dengan Anda, jangan menangis. Anda cari teman yang bakal menjadi super kaya di masa depan dan Anda mesti berbaik hati kepadanya. Hal ini penting karena di masa depan teman Anda kalau sudah menjadi super kaya, dia mungkin akan membayar hutang budi kepada Anda dengan uang yang banyak, seperti George Clooney. George waktu masih berjuang menjadi aktor di Hollywood sempat sampai tidur di sofa temannya. Kemudian beberapa tahun lalu dia memberikan uang 1 juta dollar masing-masing ke 14 teman baiknya. Pajak untuk tahun pertama dibayar George. πŸ˜›

Anda tidak punya teman yang seperti itu? Jangan khawatir. Kita kembali ke orang tua Anda. Mungkin mereka tidak dapat memberikan beberapa milyar Rupiah kepada Anda. Tapi membangun perintis dengan peranti lunak tidak selalu membutuhkan uang banyak.

Suatu hari di masa lampau, saya berbincang dengan dosen di universitas di Jakarta. Kami mendiskusikan satu kasus yang lucu. Jadi ada lulusan universitas itu yang mendapat tawaran kerja dengan gaji sekitar Rp 8 juta. Ini adalah angka yang bagus untuk lulusan anyar. Tapi ditolaknya karena uang saku dari orang tuanya lebih besar daripada Rp 8 juta. Orang tuanya bakal menyetop pemberian uang saku jika dia mendapatkan pekerjaan.

Bukan soal manjanya lulusan anyar itu yang mau saya bahas. Tapi saya tahu banyak orang tua yang sanggup membayar biaya hidup anaknya tapi mereka bukan orang kaya. Mungkin kita sebutnya kelas menengah atau golongan sejahtera tapi tidak kaya.

Hal ini penting untuk Anda sadari karena membangun peranti lunak tidak selalu mahal. Anda hanya perlu komputer yang lumayan terjangkau. Taruhlah laptop belasan juta Rupiah. Ditambah dengan biaya hosting di peladen sekitar Rp 1 – 2 juta per bulan. Jadi 10 juta Rupiah per bulan (di luar biaya laptop) itu sebenarnya cukup untuk memodali Anda dalam membangun perintis. Banyak orang tua yang tidak kaya sanggup bayar Rp 10 juta per bulan.

Beda ketika Anda ingin bikin bank yang butuh modal minimal Rp 3 trilyun atau restoran mewah yang butuh modal milyaran Rupiah.

Contoh peranti lunak yang dapat dibangun dengan biaya terjangkau? PredictSalary. Dalam mengembangkan PredictSalary, saya tidak membutuhkan duit yang banyak. Saya hanya butuh komputer yang harganya sekitar Rp 30 juta lebih (biaya satu kali di depan) dan biaya hosting yang masih di bawah Rp 1 juta per bulan. Dan lihatlah…. PredictSalary sudah digunakan oleh banyak orang. Jumlah pengguna PredictSalary sekitar 500 orang (82 di Firefox + 413 di Chrome) tanggal 10 Agustus 2020.

Jumlah pengguna PredictSalary di Firefox
Jumlah pengguna PredictSalary di Chrome

Betul, PredictSalary masih belum menghasilkan uang. Aplikasinya saja belum genap satu bulan (baru dirilis pertengahan Juli 2020). Tapi jumlah pengguna yang sudah setengah ribu membuat saya bahagia. Dan orang tua saya tidak kaya. Moral dari cerita saya adalah Anda tidak butuh duit yang banyak untuk membuat peranti lunak yang memberi nilai kepada banyak orang, seperti PredictSalary. Biaya paling besar dari PredictSalary adalah biaya jasa rekayasa peranti lunak itu tapi karena saya adalah perekayasa peranti lunak itu sendiri, maka saya tidak perlu bayar biayanya. πŸ˜›

Terus ada orang yang bikin peranti lunak seperti After Effects tapi berbasis awan dan dia membutuhkan waktu 11 bulan.

Bisnis pengembangan penggubah teks Sublime juga tidak membutuhkan biaya besar (di luar biaya hidup perekayasa peranti lunaknya).

Jadi dengan asumsi Anda adalah perekayasa peranti lunak yang kompeten, banyak jenis perintis yang bisa Anda kembangkan. Anda hanya perlu meminta orang tua menanggung biaya hidup Anda selama 1-2 tahun. Nanti kapan-kapan saya bikin daftar ide perintis yang bisa dikerjakan dengan biaya sangat murah (dengan asumsi Anda adalah perekayasa peranti lunak itu sendiri).

Masalahnya adalah kebanyakan orang tua tidak bisa melihat nilai yang bisa diberikan oleh peranti lunak. Bisnis restoran itu jelas. Ada makanannya. Ada tempat makannya. Bisnis pembuatan penggubah teks seperti Sublime…. Semoga berhasil membujuk orang tua Anda untuk melihat nilai yang dapat diberikan oleh penggubah teks seperti Sublime. Saran saya adalah edukasi yang penuh kesabaran. Tunjukkan banyak orang yang jadi kaya dengan membuat peranti lunak.

Tapi ingat ada beberapa peranti lunak yang terlalu mahal untuk dikerjakan oleh anak bukan orang kaya seperti kita. Misalnya jangan coba-coba berpikir untuk membuat kompetitor TikTok. Biaya hosting videonya bakal membuat Anda bangkrut. Selain itu algoritma daftar videonya butuh biaya besar.

Jika orang tua Anda tidak sanggup atau tidak mau menalangi biaya hidup Anda selama Anda membangun perintis, masih ada cara lainnya.

Investor-investor yang mau memberikan pendanaan itu semakin banyak jumlahnya. Dulu mungkin Anda bisa berkilah bahwa hanya anak orang kaya yang punya koneksi ke investor-investor. Tapi sekarang akses ke investor-investor itu sudah lebih terdemokratisasikan. Baru-baru ini Sahil Lavingia, pendiri Gumroad, menyediakan pendanaan awal ke perintis. Belum lagi SurgeAhead, YCombinator. Dan masih banyak investor-investor lainnya. Mungkin kapan-kapan saya bikin daftar investor yang bisa Anda ganggu buat perintis Anda.

Tapi kalau tidak ada investor yang mau kasih dana kepada Anda? No investor, no cry. Anda bisa mengumpulkan duit dari gaji sebagai karyawan bergaji mahal di yunikon atau perusahaan teknologi lainnya. Manajer insinyur (engineering manager) bisa dapat gaji di atas Rp 50 juta per bulan. Taruhlah biaya hidup Anda Rp 10 juta. Anda punya Rp 30 – 40 juta untuk ditabung per bulan. Anda bekerja 1 tahun, Anda sudah bisa mengumpulkan harta Rp 300 juta lebih. Ini adalah biaya hidup Anda selama 2 tahun. Itu sudah lebih dari cukup untuk membangun perintis (asal Anda tidak mencoba bersaing dengan TikTok). Untuk menjadi Engineering Manager (EM) bergaji mahal biasanya Anda butuh pengalaman 10 tahun. Yah, lama sih. Tapi setidaknya jalan tersedia bagi Anda.

Jika Anda bekerja di perusahaan sebagai karyawan bergaji mahal, maka Anda tidak akan punya waktu lagi untuk mengerjakan perintis. Anda harus menunggu pada saat Anda mundur dari perusahaan. Anda bakal terlalu sibuk di perusahaan. Energi dan waktu Anda bakal terkuras.

Maka dari itu ada cara lain selain bekerja sebagai karyawan dalam membangun perintis. Anda tidak bekerja sebagai karyawan, tapi Anda mencari penghasilan dari tempat lain dan bekerja secukupnya. Misalnya, ada jalan bagi perekayasa peranti lunak untuk mendapatkan uang Rp 4 juta lebih selama dua hari. Jika biaya hidup Anda Rp 10 juta per bulan, makan Anda cukup bekerja selama 6 hari per bulan dan sisa 24 harinya tersedia bagi Anda untuk membangun perintis. Caranya seperti apa akan dibahas di artikel mendatang. Sabar ya!

Hidup memang tidak adil. Ada yang punya orang tua kaya, ada yang tidak. Tapi jangan biarkan hal ini merintangi ambisi Anda untuk mendirikan perintis. Jika orang tua Anda tidak kaya, anggap saja Anda sedang memainkan permainan video (video game) dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Ketika saya bermain StarCraft 2, pilihan kesulitannya ada 4: Easy, Normal, Hard, Insane. Anggap saja Anda sedang memainkan permainan dengan level Hard sementara mereka yang punya orang tua kaya sedang memainkan permainan dengan level Normal. Anda mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama dari mereka dalam menyelesaikan permainan, tapi tidak apa-apa kan. Yang penting nikmati tantangan dalam hidup Anda selama membangun perintis.

Categories
startup wealth

Menaklukkan Dunia dengan Produk 100% Digital

Jadi baru-baru ini Basecamp (CTO-nya adalah DHH, pencipta Ruby on Rails) mengeluarkan produk Hey. Ia adalah layanan surel seperti Gmail. Kelebihannya dari yang saya baca-baca sekilas adalah pengalaman pengguna (UX) yang superior. Mereka tidak ada versi gratis seperti Gmail. Ada 14 hari uji coba tapi pada akhirnya Anda harus membayar atas jasa layanan surel ini. Harganya $99 per tahun. Tapi jika Anda memilih nama pengguna yang lebih pendek seperti sky@hey.com, atau yo@hey.com, maka harganya akan naik beberapa kali lipat. Reaksi dari beberapa orang yang memakai jasa ini positif.

Produk Hey bertipe sama dengan produk Basecamp. Mereka adalah produk murni digital atau 100% digital. Artinya semua interaksi di produk mereka bisa dilakukan di ranah digital. Tidak ada hal yang perlu dilakukan di lapangan. Ada keunggulan (dan kelemahan) dari produk murni digital ini. Mereka bisa menjual jasa mereka ke seluruh dunia (sepanjang pembeli memiliki koneksi internet dan tidak ada embargo ekonomi). Anda bisa menjadi pelanggan Hey ataupun Basecamp sepanjang Anda memiliki kartu kredit atau kartu debit atau akun Paypal. Hayati paragraf ini sebelum kita beranjak ke paragraf berikutnya. Tarik napas dan resapi kata-kata saya. Sudah? Ayo, lanjut!

Nah, mari kita kembali ke tanah air tercinta kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Orang-orang kan sekarang berlomba-lomba bikin perintis (startup) di Indonesia. Siapa yang tidak ngiler melihat kisah sukses Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, Gojek, Tiket.com, dll? Umur kurang-lebih baru 10 tahun, tapi valuasi Gojek sudah mengalahkan perusahaan Garuda yang memiliki pesawat-pesawat terbang!

Tapi coba perhatikan tipe-tipe perusahaan digital yang besar. Bukan cuma yunikon, tapi juga perusahaan-perusahaan besar seperti Kredivo, Blibli, Halodoc, Cekaja, Warung Pintar, Dana, IDN Media, Modalku, Happy Fresh, Fabelio, Sayurbox, Koinworks, Moka, dll. Perhatikan baik-baik contoh-contoh tersebut. Tidak ada perusahaan yang menawarkan produk 100% digital ke seluruh dunia.

Ambil contoh Warung Pintar. Mereka harus ke lapangan untuk mengintegrasikan teknologi dengan warung. Modalku? Anda bisa bilang mereka memiliki produk digital 100% karena mereka tidak terjun ke lapangan. Tapi produk mereka terbatas di Indonesia saja karena aliran finansial antar negara itu kompleks dan penuh dengan birokrasi (yang coba diselesaikan oleh teknologi blockchain). IDN Media? 100% digital dan produknya bisa dinikmati seluruh dunia. Tapi konten mereka dalam bahasa Indonesia yang membatasi segmen pembaca. Dana? Cuma bisa dipakai di Indonesia. Sayurbox? Mesti terjun ke lapangan (beli produk dari petani, mengantarkan sayur ke rumah). Fabelio? Mereka jual dan kirim perabotan ke penduduk Indonesia. Apakah Anda melihat tema besar dari apa yang saya tulis?

Saya pernah berbincang-bincang dengan teman saya. Saya mengutarakan ide saya yaitu membuat platform edukasi tentang suatu teknologi dengan target ke penganut teknologi itu di seluruh dunia. Jawaban dia, “Kenapa kamu memikirkan dunia? Indonesia saja sudah cukup besar sebagai pasar.”

Dia benar. Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono membuat perintis Bukalapak yang cuma melayani segmen Indonesia. Hasilnya? Achmad Zaky diasumsikan memiliki kekayaan sebesar kurang lebih 100 juta USD (sekitar 1,4 trilyun Rupiah). Saking kayanya sekarang mereka bagi-bagi duit ke perintis.

Tidak ada yang salah dari membuat perintis yang hanya melayani segmen Indonesia. Sepanjang Anda memberi nilai ke masyarakat, dan tidak merampok orang, ada yang salah memangnya?

Betul, tidak ada yang salah. Cuma dari pengalaman saya di lapangan, saya mendapat kesan bahwa di Indonesia, orang-orang cenderung membuat perintis yang terbatas terhadap Indonesia. Jarang sekali saya melihat orang membuat produk digital 100% untuk segmen dunia di Indonesia. Tidak percaya? Coba cari perusahaan Indonesia yang membuat produk seperti Hey, Basecamp, atau Gitlab. Saya tunggu.

Hal ini membuat saya gelisah. Kenapa tidak ada (atau jarang) orang yang membuat produk 100% digital untuk segmen dunia? Salah satu figur terkenal di dunia perintis Indonesia (tidak boleh sebut nama!) bilang kepada saya bahwa ketika kita membuat produk 100% digital untuk seluruh dunia, sebenarnya kita cuma membuat produk untuk negara yang menggunakan bahasa Inggris (negara-negara di Eropa, India, Amerika Serikat). Kita berkompetisi dengan perintis-perintis di Amerika Serikat, Eropa, dan India. Bandingkan jika kita membuat perintis untuk segmen Indonesia, kompetitornya jarang dari luar karena ada faktor birokrasi, wilayah dan hukum.

Dia ada benarnya. Misalnya ada orang yang namanya A yang tinggal di Belanda. Dia bakal susah untuk mendirikan perusahaan teknologi finansial yang memberi pinjaman kepada petani di Indonesia. Dia harus datang ke Indonesia dan mendirikan Perusahaan Modal Asing. Belum lagi dia harus berhadapan dengan birokrasi Indonesia yang terkenal akan…. <disensor>. Jadi penghalang masuk (barrier entry) tergolong tinggi. Itulah kenapa kita “dianjurkan” untuk membuat perintis khusus segmen Indonesia. Orang luar susah masuk.

Selain itu Indonesia memiliki populasi yang sangat tinggi, hampir 300 juta penduduk. Alasan egois mendirikan perintis kan jadi super kaya. Apakah kaya dari mendirikan perintis yang cuma melayani penduduk Indonesia atau melayani seluruh dunia, itu kan tidak relevan. Seperti kata teman saya, pasar Indonesia itu besar. Besar sekali. Seperti gajah. Eh, seperti paus deh. Hanya ada 3 negara yang jumlah penduduknya lebih banyak daripada Indonesia: Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Dengan faktor pasar yang besar ini, pendiri perintis pun kehilangan insentif untuk melayani segmen dunia. Bandingkan jika Anda adalah warga negara Belanda atau Singapura. Mau tak mau Anda harus mendirikan perintis dengan segmen internasional.

Sytse Sijbrandij (Belanda) dan Dmitriy Zaporozhets (Ukraina) mendirikan Gitlab, saingan dari Github. Valuasi Gitlab itu sekitar Rp 40 trilyun. Memang masih kalah dengan valuasi Gojek. Tapi itu hitungannya sudah yunikon. Gitlab adalah produk 100% digital dengan segmen dunia.

Kenapa saya menceritakan kisah singkat Gitlab? Karena saya merasa gelisah kenapa jarang sekali orang Indonesia membuat produk internasional seperti Gitlab. Jika Anda membaca kisah-kisah pendanaan (funding) perintis Indonesia akhir-akhir ini, hampir semua fokus mereka adalah segmen Indonesia.

Hanya karena Anda tinggal di negara dengan populasi penduduk yang besar, tidak berarti Anda tidak boleh membangun produk internasional. HackerRank itu berasal dari India.

Indonesia memang pasar yang besar. Tapi dunia adalah pasar yang lebih besar. Jika Anda membuat produk untuk orang-orang yang bisa berbahasa Inggris, Anda bisa menjangkau penduduk Amerika Serikat, India, dan negara-negara di Eropa. Hitung saja jumlah penduduknya. Beberapa kali lipat dari Indonesia.

Jika Anda berpikiran Anda bakal berhadapan dengan kompetitor dari seluruh dunia, so what? Anda kan bukan anak kecil yang masih harus sembunyi di belakang kaki orang tua Anda. Lagipula kompetisi dalam negeri bukannya tidak keras. Jadi jangan membatasi diri terhadap Indonesia saja.

Saya akan menceritakan perintis yang melayani segmen dunia dan pendirinya orang Indonesia. Nama perintisnya adalah Cotter. Ia adalah perintis yang memberikan solusi kata sandi satu sentuhan yang lebih aman dari SMS. Pendirinya adalah Putri Karunia, Kevin Chandra, dll. Produk mereka menjangkau seluruh dunia. Mereka orang Indonesia (lihat saja nama-nama mereka, Indonesia banget). Produk mereka 100% digital. Tidak perlu terjun ke lapangan. Moral dari paragraf ini adalah sebagai orang Indonesia, Anda tidak harus membuat perintis yang cuma melayani segmen Indonesia.

Nah, saya juga tidak mau cuma mengkritik. Tapi tindakan saya juga harus sinkron.

Saya membuat situs ArjunaSkyKok.com ini dengan misi untuk meningkatkan harkat dan martabat pemrogram-pemrogram Indonesia. Lihat saja tulisan blog ini! Target artikel ini adalah pemrogram-pemrogram Indonesia. Kalau saya terjemahkan tulisan blog ini ke bahasa Inggris, maka tulisan saya menjadi tidak relevan lagi. Lagipula kenapa orang Amerika Serikat atau India mau membaca tulisan blog yang membahas masalah spefisik di Indonesia? Situs ini bakal meluncurkan produk-produk yang bakal meningkatkan taraf hidup pemrogram-pemrogram Indonesia, misalnya Buku Pemrogram Rp 100 Juta. Ke depannya situs ini (mungkin) bakal meluncurkan produk (misalnya) English for Software Engineers. Dan lain-lain.

Tapi… bukankah saya mengadvokasikan perintis dengan segmen internasional sementara situs ini hanya melayani segmen Indonesia? SABAR WOI!

Selain situs ini yang cuma melayani segmen Indonesia, saya juga sedang mengembangkan perintis / produk internasional, yaitu Mamba. Memang sekarang ia hanyalah proyek kode terbuka (open source). Itu karena saya lagi menyelesaikan buku saya dan saya masih dalam tahap riset dan pengembangan di bidang blockchain. Saya juga sedang membangun reputasi saya di bidang blockchain. Nanti beberapa tahun lagi baru saya kembangkan proyek kode terbuka ini menjadi perintis internasional. Harus Anda ingat banyak perintis yang berasal dari proyek kode terbuka misalnya Gastby, Red Hat, dan Gitlab. So I’ll walk the talk. Bukan cuma omdo. (Permutakhiran tanggal 24 Agustus 2020: sekarang saya fokus ke produk lain: PredictSalary bukan Mamba lagi. Tapi semangat paragraf ini masih sama karena PredictSalary fokusnya ke pasar internasional.)

Jadi tunggu apa lagi? Negara Indonesia tidak sedang diembargo oleh negara adikuasa. Stripe memang belum masuk Indonesia. Tapi kita masih bisa pakai Paypal untuk menerima pembayaran dari konsumen internasional. Masih ada mata uang kripto juga yang lintas negara. Jadi tidak ada yang menghalangi Anda untuk membuat produk internasional. Jangan rendah diri dengan orang-orang luar. Taklukkan dunia dengan produk digital Anda! Go get’em, tiger! 🐯