Categories
confidence

Menghindari Komoditasi Sebagai Pemrogram

Komoditasi (proses membuat jasa atau barang menjadi komoditas) adalah salah satu nasib kejam (tragedi) yang bisa terjadi terhadap pemrogram. Pemrogram kehilangan keunikannya. Pemrogram menjadi barang lego yang bisa diganti dengan gampang. Oh ya, komoditasi itu adalah kata yang saya ciptakan sendiri. Kata itu tidak terdapat di kamus besar bahasa Indonesia. Haha.

Mari saya jelaskan lebih lanjut tentang proses komoditasi. Barang yang sudah jatuh ke proses komoditasi menjadi komoditi. Artinya barang/jasa yang satu dengan barang/jasa yang lain tidak ada bedanya. Kalaupun ada perbedaannya, perbedaannya tidak terlalu besar. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa semakin banyak komoditi yang kita miliki, semakin baik. 10 komoditas A lebih baik daripada 5 komoditas A karena 10 itu jumlahnya lebih besar daripada 5. Contoh komoditas misalnya beras, jagung, kopi. 10 kg beras lebih bagus daripada 5 kg beras. Nah, barang yang bukan komoditas itu misalnya lukisan. 1 lukisan Mona Lisa tidak dapat dibandingkan dengan 10 lukisan dari pelukis lain. Jadi 10 lukisan belum tentu lebih baik daripada 1 lukisan Mona Lisa.

Nah, kita ambil contohnya komoditas di bidang jasa. Pekerjaan apa yang termasuk komoditas? Misalnya buruh pabrik, sopir mobil, pengemudi ojek, asisten rumah tangga. Artinya perusahaan A yang mempekerjakan 20 sopir mobil itu lebih besar kuasanya daripada perusahaan B yang mempekerjakan 5 sopir mobil. Seorang sopir mobil bisa dipertukarkan dengan sopir mobil yang lain. Mungkin sopir mobil yang baru butuh penyesuaian. Misalnya dia harus mempelajari trayek baru. Sepanjang dia bisa mengemudi dengan baik, dia bisa menggantikan sopir lama dalam waktu singkat. Sopir pribadi tidak memiliki keahlian spesial yang susah diduplikasi oleh sopir lain. Akibatnya harga jasa mereka mendekati UMR (Upah Minimum Regional). Karena jika sopir mobil itu menaikkan harga jasanya, misalnya dari Rp 4 juta per bulan menjadi Rp 12 juta per bulan, maka pemberi kerja itu akan menggantinya dengan sopir lain yang harga jasanya Rp 4 juta per bulan atau lebih rendah (dengan asumsi UMR misalnya Rp 3,5 juta). Keahlian menjadi sopir pribadi itu bisa dipelajari dengan cepat. Mungkin ada cara untuk menjadi sopir pribadi dengan gaji tinggi, misalnya pemberi kerja itu adalah konglomerat dan menyukai sopir pribadinya karena dia jujur, ramah dan setia. Bisa saja sopir pribadi itu digaji Rp 30 juta per bulan. Tapi ini adalah pengecualian.

Nah, sebelumnya saya ingin bilang bahwa pekerja yang jasanya gampang dikomoditasi berhak mendapatkan perlakuan yang hormat dan manusiawi. Kita harus selalu bersikap sopan terhadap pekerja-pekerja seperti buruh pabrik, sopir, pengemudi ojek, asisten rumah tangga, dan pekerja lainnya.

Terus mari kita cari contoh pekerjaan yang susah dikomoditasi. Contoh: dokter, pengacara, penyanyi. Taruhlah ada 2 rumah sakit, A dan B. Rumah sakit A punya 100 dokter umum. Rumah sakit B punya 10 dokter umum dan 1 dokter spesialis paru-paru. Nah, paru-paru Anda sedang bermasalah. Rumah sakit mana yang akan Anda kunjungi? Bayangkan Anda mendapat penawaran dari rumah sakit A: bayar Rp 1 juta, Anda akan mendapat konsultasi dengan 5 dokter umum sekaligus dalam waktu 1 jam. Di rumah sakit B, penawarannya seperti ini: bayar Rp 2 juta, Anda akan mendapat konsultasi dengan 1 dokter spesialis paru-paru. Manakah yang Anda akan pilih? Anda tidak dapat menggantikan 1 dokter spesialis paru-paru dengan 20 dokter umum.

Contoh lain yang saya suka kutip adalah pengarang buku Harry Potter, yaitu J. K. Rowling. Kekayaannya mencapai trilyunan Rupiah. Sebagian besar kekayaannya berasal dari menulis buku. Nah, anggap saya adalah pengusaha. Saya ingin mempekerjakan seratus penulis untuk menulis buku yang sama lakunya dengan Harry Potter. Apakah rencana saya akan berhasil menurut kalian? Nah, kita bisa bilang keahlian menulis J. K. Rowling tidak dapat dikomoditasi. Kita tidak dapat menggantikan 1 penulis seperti J. K. Rowling dengan seribu penulis lainnya.

Nah, bagaimana dengan pemrogram? Apakah pemrogram adalah jenis pekerja yang gampang dikomoditasi seperti buruh pabrik? Apakah perusahaan A yang memiliki 100 pemrogram sudah pasti lebih besar kuasanya atau besar kemungkinannya untuk sukses daripada perusahaan B yang cuma memiliki 10 pemrogram? Apakah menambahkan pemrogram sebanyak mungkin ke dalam perusahaan adalah resep pasti untuk menjadi sukses?

Anggap komoditasi itu adalah spektrum, dari 1 sampai 10. Buruh pabrik, sopir, asisten rumah tangga berada di angka 1 (paling gampang dikomoditasi). Di ujung ekstrim berlawanan, J. K. Rowling berada di angka 10 (mustahil dikomoditasi). Nah, pemrogram itu berada di angka berapa? Jawabannya tergantung. Seperti dokter. Dokter spesialis paru-paru mungkin berada di angka 7 atau 8. Dokter umum mungkin berada di angka 4 atau 5.

Anda sebagai pemrogram (atau sebagai pekerja bidang lainnya) mungkin tidak bakal bisa berada di angka 10. Tapi setidaknya jangan berada di angka bawah, seperti 1, 2, atau 3. Beradalah di angka setinggi mungkin, misalnya 5, 6, 7. Bahkan 5 pun sudah cukup baik dan aman.

Nah, di dunia pemrograman atau perintis, sebagian manajer atau bos berpikir pemrogram-pemrogram itu gampang dikomoditasi seperti buruh pabrik. Kata-kata yang sering saya dengar, “I want to build an army of engineers.” Mereka punya hasrat untuk membuat pemrogram seperti keping lego yang bisa dipertukarkan dengan keping lego yang lain. Mereka berpikir untuk resep membuat perintis yang sukses adalah sebanyak mungkin pemrogram.

Mereka juga berpikir kontribusi dari seorang pemrogram itu nilainya kurang lebih sama dengan pemrogram lainnya. Jadi jika proyek ini sedang dikerjakan oleh dua pemrogram dan membutuhkan waktu 2 bulan untuk selesai, maka manajer yang suka mengkomoditasi pemrogram mungkin berpikir akan menerjunkan 20 pemrogram sehingga proyeknya bisa selesai dalam 3 hari.

Level 1

Pemrogram yang gampang terkomoditasi pekerjaannya gampang diambil oleh pihak lain. Mereka memiliki daya tawar yang lemah ke manajemen. Kekuasaan mereka kecil. Gaji mereka bisa ditekan. Seperti buruh pabrik yang nasibnya mengenaskan, mereka rentan mendapat perlakuan yang merendahkan. Rasa hormat? Lupakan.

Nah, saya ingin ingatkan bahwa pemrogram yang paling terkomoditasi itu nasibnya tetap lebih baik daripada buruh pabrik. Sejelek-jeleknya nasib pemrogram, masih lebih jelek nasib buruh pabrik.

Bagaimana cara mencegah komoditasi?

Anda ingin tahu kenapa profesi dokter itu adalah salah satu profesi yang susah dikomoditasi? Jumlahnya dibatasi dan diregulasi. Kita tidak dapat membuat bootcamp untuk menghasilkan dokter dalam 4 bulan. Tapi lain halnya dengan pemrogram. Banyak orang yang berpikir harga jasa pemrogram sudah terlalu mahal di Jakarta. Maka mereka berharap bootcamp dapat menghasilan tenaga kerja pemrogram dengan lebih cepat sehingga jumlah pemrogram semakin banyak di pasaran yang mengakibatkan harga jasa pemrogram bisa menjadi murah. Selain itu, strategi mereka adalah mencari pemrogram di kota lain dengan harga jasa yang lebih murah, misalnya Yogyakarta.

Nah, tapi dokter dan perekayasa peranti lunak adalah dua profesi yang berbeda. Profesi dokter itu jauh lebih tua daripada profesi pemrogram. Dokter juga berhubungan dengan kesehatan dan nyawa manusia. Di lain pihak, apa yang pemrogram lakukan? Membuat sistem optimalisasi klik iklan, membuat sistem manajemen barang di gudang, membuat situs niaga-el (e-commerce). ðŸĪŠ

Tapi zaman sudah mulai berubah. Apa yang dibuat oleh pemrogram sudah mulai berdampak terhadap nyawa manusia misalnya peranti lunak di mobil swakemudi (self-driving car). Jika tidak ada hubungan dengan nyawa manusia, peranti lunak sudah berdampat sangat besar terhadap kehidupan manusia misalnya Facebook yang bisa mempengaruhi pilihan politik orang. Ada yang berargumentasi saatnya profesi pemrogram diregulasi sehingga meminimalkan pelanggaran etika.

Tapi sementara ini kenyataannya profesi pemrogram tidak diregulasi sehingga jumlahnya tidak diatur. Selain tidak ada regulasi, ada hal yang membuat pemrogram itu bisa dikomoditasi. Teknologi. Dalam hal ini, peranti lunak adalah hal yang mengkomoditasi pemrogram. Misalnya, pada tahun 2003, Anda masih bisa mendapat proyek untuk membuat situs pribadi atau blog dengan bayaran mahal. Tapi sekarang (tahun 2020) hal itu sudah susah dilakukan karena WordPress dan situs Wix mengkomoditasi blog dan situs pribadi. Tidak ada yang mau bayar mahal untuk membuat blog karena mereka tinggal memakai WordPress. Pengecualian mungkin jika Anda bisa memberi nilai tambah misalnya mendesain situs WordPress secantik Stripe.

Level 2

Nah, dari dua hal ini kita bisa lihat pemrogram mana yang paling gampang dikomoditasi: pemrogram yang membuat situs WordPress dan memiliki kemampuan pemrograman web dasar. Yang saya maksudkan dengan pemrograman web dasar itu adalah mendesain halaman web dengan HTML + CSS dengan sedikit JavaScript. Jika di bagian peladen (backend), bisa membuat aplikasi web dasar dengan kerangka pengembangan web seperti Laravel, Ruby on Rails, Django.

Lulusan universitas, lulusan bootcamp, mereka yang baru belajar pemrograman dasar di platform populer seperti web, berada di angka 2.

Level 3

Satu atau dua tahun bekerja, pemrogram akan menjadi pemrogram junior. Mereka punya pengalaman bekerja walaupun sedikit. Mereka pernah dibimbing oleh pemrogram senior. Mereka belajar Git, menulis tes, tahu caranya berkomunikasi dengan Manajer Produk (Product Manager).

Level 4

Jika mereka meningkatkan ilmu pemrogramannya, mereka bisa naik ke angka 4. Kita bisa sebut pemrogram ini sebagai pemrogram senior. Jika dibandingkan dengan pemrogram junior, mereka memiliki beberapa kemampuan lainnya misalnya mengerti bagaimana cara menghindari masalah N+1 query, keamanan siber, mencari tahu di mana di aplikasi web bisa dipasang kode untuk meningkatkan kecepatan, mengintegrasikan pengiriman surel dengan perantara pesan seperti RabbitMQ, memasang sistem tembolok seperti Redis, memasang kode tes, dan lain-lain.

Level 5

Di level ini Anda baru cukup aman dari proses komoditasi. “Cukup aman”, tapi tidak “benar-benar aman”. Di level ini, pemrogram mendapatkan posisi Manajer Teknik (Engineering Manager / EM) di jalur manajemen atau Insinyur Utama (Principal Engineer) di jalur teknik. Biasanya pemrogram butuh waktu 8 – 12 tahun untuk mencapai posisi ini. Anda tidak dapat menghasilkan Engineering Manager atau Principal Manager dengan bootcamp dengan waktu cuma 4 bulan misalnya. Butuh jam terbang tinggi untuk mencapai posisi ini.

Engineering Manager mesti memiliki kemampuan manajemen, keahlian berhubungan dengan orang (people skill), kemampuan teknik yang cukup. Dia mesti membagi tugas dan tekanan terhadap timnya. Dia mesti menjadi mentor bagi pemrogram yang masih hijau. Dia mesti menggali informasi dari pemrogram-pemrogram di timnya dengan pertemuan satu-satu (one-on-one).

Principal Engineer memiliki kemampuan teknis yang mendalam, misalnya tahu apa yang harus dilakukan untuk membuat situs niaga-el (e-commerce) tahan banting pada hari belanja daring nasional yang menyebabkan keramaian memuncak. Apakah dia menggunakan teknik MySQL sharding? Apakah menggunakan basis data yang terpisah? Dia juga tahu cara mengkonfigurasi Java Virtual Machine untuk melakukan garbage collection dengan cara yang berbeda.

Level 6

Ini adalah posisi manajer level atas (eksekutif) seperti Wakil Presiden Teknik (Vice President of Engineering) atau guru teknologi seperti Pejabat Utama Teknologi (Chief Technology Officer). Nah di sini saya mengasumsikan dua posisi ini posisi profesional. Jadi CTO yah CTO profesional bukan CTO pendiri (founder). Waktu yang perlu dicapai untuk mencapai posisi ini kurang lebih sama dengan level sebelumnya. 10 tahun. Mungkin belasan tahun. Ada yang beruntung bisa mencapai posisi ini di bawah 10 tahun. Tanggung jawab mereka mirip-mirip dengan level sebelumnya. VP of Engineering padanannya adalah Engineering Manager. CTO padanannya adalah Principal Engineer / Distinguished Engineer. Mereka yang berada di posisi ini biasanya berada di posisi yang diinginkan (desirable). Mereka tidak melamar untuk posisi ini. Mereka dicari oleh perekrut.

Level 7 – Level 8

Anda bisa menggunakan berbagai strategi untuk semakin mengecilkan kemungkinan Anda untuk dikomoditasikan.

Teknologi baru

Teknologi membuat pemrogram dikomoditasi. Tapi teknologi butuh waktu untuk mengkomoditasi pemrogram. Pemrogram bisa memanfaatkan teknologi yang masih baru untuk membuat dia menjadi sangat spesial (susah dikomoditasi).

Artikel blog ini ditulis bulan September 2020. Jika Anda baca blog ini di tahun 2027, mungkin teknologi baru yang saya sebutkan ini tidak baru lagi.

Contoh teknologi baru: teknologi swa-kemudi (self-driving), Deep Learning, blockchain, Kubernetes, Svelte, Jamstack.

Tapi hati-hati, kadang teknologi baru memang membuat Anda menjadi unik tapi Anda tidak bisa memonetasi teknologi baru ini karena satu dan lain hal.

Contoh: saya. Beberapa tahun lalu saya belajar ilmu mobil swakemudi (self-driving car) dan robotik dari Udacity.

Sertifikat Nanodegree SDC dan robotik
Sertifikat Nanodegree SDC dan Robotik dari Udacity

Keahlian ini membuat saya SULIT dikomoditasi. Berapa banyak orang yang memiliki kemampuan teknologi swakemudi dan robotik yang Anda tahu di Indonesia? Anda tidak bisa mencari orang yang memiliki kemampuan ini dalam waktu cepat.

Di lain pihak, saya tidak bisa memonetasikan keahlian swakemudi dan robotik. Mana ada perusahaan mobil swakemudi dan robotik di Indonesia? Perusahaan robotik mungkin ada di Indonesia. Tapi perusahaan robotik yang memiliki nilai utama di peranti lunak mungkin sangat jarang. Hampir tidak ada (kalaupun ada).

Tapi di dua kursus ini saya belajar teknologi Deep Learning yang akhirnya saya bisa pakai untuk membuat PredictSalary. Selain itu saya juga suka hal-hal yang berhubungan dengan robot. Kalaupun ilmu ini tidak bisa menghasilkan uang, saya anggap hal itu sebagai pengayaan intelektual. Tapi Anda harus berhati-hati dalam memilih teknologi baru mana yang ingin Anda tekuni jika uang adalah motivasi Anda.

Misalnya, Anda mendalami ilmu energi nuklir. Saya jamin Anda akan menjadi orang super spesial. Dalam hidup saya, saya baru bertemu dengan satu orang yang berhubungan dengan nuklir (dia mengambil jurusan energi nuklir tapi akhirnya berhenti kuliah). Tapi Anda tidak dapat memonetasi keahlian energi nuklir di Indonesia. Pilihan yang aman (menurut saya): Deep Learning, Blockchain, Kubernetes, Jamstack.

Tambahan Nilai (Added Value)

Anggap Anda diterima kerja sebagai pemrogram JavaScript di perusahaan manajemen gudang. Di Indonesia ini ada bootcamp yang menelurkan puluhan pemrogram JavaScript yang bersiap untuk menggantikan Anda. Tentu saja Anda harus meningkatkan kemampuan Anda dari level 2 menjadi level yang lebih tinggi. Tapi ada hal yang Anda dapat lakukan juga untuk membuat Anda susah diganti, yaitu pengetahuan domain misalnya ilmu rantai pasokan (supply chain) karena perusahaan Anda adalah perusahaan manajemen gudang. Pemrogram JavaScript lulusan bootcamp tidak serta merta dapat menggantikan Anda karena dia masih butuh waktu untuk belajar tentang ilmu rantai pasokan. Setahu saya belum ada bootcamp yang mengajari ilmu rantai pasokan.

Selain pengetahuan domain, Anda dapat juga belajar berpolitik. Anda bisa “bersahabat” dengan manajemen sehingga posisi Anda menjadi aman di perusahaan. Jika Anda dekat dengan “penguasa”, maka posisi Anda bisa menjadi lebih aman (tapi tidak ada jaminan).

Generalis

Spesialis seperti pemrogram iOS, atau pemrogram peladen (backend engineer) memang susah dicari orangnya. Peradaban manusia dibangun di atas spesialisasi, kata mereka. Makanya ada yang jadi dokter, petani, pengacara, pesepakbola, pemain Mobile Legends. Tapi dengan menggabungkan beberapa keahlian (tapi tidak dalam), Anda bisa memberi nilai yang lebih tinggi daripada jumlah nilai dari hal-hal yang Anda gabungkan itu. Hal ini membuat Anda susah dikomoditasi.

Misalnya saya adalah seorang generalis. Saya memiliki kemampuan Deep Learning, kemampuan mengumpulkan data dari web dengan Python (data engineering), pemrograman tampak muka JavaScript (dan TypeScript), pemrograman peladen dengan Django. Empat kemampuan yang berbeda itu saya gunakan untuk membuat PredictSalary. Artinya orang yang ingin bersaing dengan saya harus mencari satu pemrogram Deep Learning, satu pemrogram Python, satu pemrogram JavaScript, satu pemrogram Django. Yah mungkin pemrogram Python dan pemrogram Django bisa ditemukan di satu orang. Jadi minimal orang harus mencari 3 pemrogram yang berbeda untuk membuat klon PredictSalary. Hal ini mengasumsikan salah satu dari mereka bisa menjadi manajer produk (product manager) yang merumuskan seperti apa produk prediksi gaji itu. Jika tidak, tambahkan 1 orang lagi.

Kemampuan Deep Learning saya tidak dalam. Pemrogram Deep Learning di yunikon seperti Gojek/Tokopedia/Bukalapak/Traveloka dapat mengalahkan saya dengan mudah. Kemampuan JavaScript (dan TypeScript) saya juga tidak spesial. Masih banyak orang yang bisa menulis JavaScript (dan TypeScript) dengan lebih baik daripada saya. Kemampuan Python saya cukup dalam (saya sudah berkontribusi ke proyek Python sendiri). Kemampuan Django saya lumayan saja. Tapi kombinasi dari 4 kemampuan yang berbeda itu membuat saya sangat sulit dikomoditasi.

Seniman

Seniman itu unik. Tiap ciptaan mereka selalu berbeda dan segar. Setelah ciptaan itu terbentuk, memang produknya bisa diindustrialisasikan dan menjadi tidak unik lagi. Jika Anda menggabungkan kemampuan pemrograman dengan kreativitas, Anda dapat menciptakan karya digital yang unik. Anda bukan cuma menjadi pemrogram. Anda menjadi seorang seniman.

Salvatore Sanfilippo, membuat aplikasi Redis. Anda mungkin berpikir Redis adalah hal yang biasa di tahun 2020 ini. Tapi sepuluh tahun lalu, Redis adalah hal yang unik dan memberi nilai yang tinggi ke ekosistem peranti lunak.

Pembuat Redis berkata, dia lebih baik diingat sebagai seniman yang buruk ketimbang pemrogram yang baik. Salvatore adalah pemrogram yang jago. Butuh keahlian yang tinggi untuk membuat aplikasi seperti Redis itu. Tapi dengan kreativitas dia, dia mengabadikan dirinya sebagai seniman yang menciptakan Redis.

Saya mengambil pendekatan ini untuk menghindari nasib kejam komoditasi. PredictSalary bukanlah satu-satunya aplikasi yang memprediksi gaji. Ada beberapa yang sudah muncul seperti Salary Seeker, YouWorth, dan Salary Inspector. Tapi (setahu saya dan saya bisa salah) PredictSalary adalah satu-satunya aplikasi prediksi gaji dengan Deep Learning yang dibungkus sebagai pengaya perambah. Aplikasi prediksi gaji yang sudah saya sebutkan itu tidak ada yang menggunakan Deep Learning.

Menjadi seniman itu gampang-gampang susah karena Anda harus menciptakan aplikasi yang benar-benar baru. Anda tidak dapat mengekori orang. Tapi hati-hati juga terhadap pendekatan ini. Ada perkataan: seniman yang kelaparan. Jangan sampai Anda menjadi terlalu kreatif sehingga Anda melupakan faktor uang. Seorang seniman memang jiwanya tidak terbelenggu oleh uang tapi raganya membutuhkan makan dan minum. Tapi jika seniman terlalu fokus terhadap uang, maka jiwanya akan terbelenggu oleh materi. Kreativitas akan mati. Anda harus mencari titik keseimbangan antara uang dan kreativitas.

Penjenamaan (Branding)

Kemampuan Anda biasa-biasa saja. Tapi dengan trik pemasaran, Anda bisa membuat diri Anda terlihat seperti dewa. Jenama membuat produk yang biasa-biasa saja mengalahkan produk dengan kualitas yang lebih baik.

Bagaimana cara melakukan penjenamaan? Dengan menulis blog seperti saya, rajin berkirim konten di media sosial seperti Twitter dan Linkedin, dan lain-lain. Blog ini bisa menjadi medium bagi saya untuk menggiring narasi. Sedikit-sedikit saya bisa menyusupkan propaganda bahwa saya adalah orang hebat. Ketika Anda membaca blog ini, tanpa sadar pesan-pesan tentang kehebatan saya sudah masuk ke alam bawah sadar Anda. Anda tidak sadar kan? 😂

Sepatu dengan kualitas sama bisa berbeda nasib di pasar ketika memiliki jenama yang berbeda. Jadi perbaiki jenama Anda dengan pemasaran sehingga pemrogram-pemrogram dengan kualitas yang sama akan susah mengganggu Anda di pasar.

Level 9

PhD Ganda

PhD di sini bukan berarti gelar akademis tapi merupakan simbol dari spesialisasi atas suatu bidang. Artinya Anda memerlukan spesialisasi di dua bidang yang berbeda. Ini berbeda dengan generalis yang tidak mendalami bidang manapun. Generalis hanya belajar secukupnya saja.

Istilah PhD Ganda (dual PhD) ini berasal dari artikel Techcrunch. Ada beberapa masalah yang hanya bisa diselesaikan dengan spesialisasi di dua bidang, misalnya mata uang kripto dan finansial, biologi dan kecerdasan buatan, mobil (robot) dan perencanaan urban, arsitektur dan ilmu komputer.

Jika Anda memiliki spesialisasi di dua bidang, maka Anda tak terkalahkan (dengan asumsi dua bidang itu penting bagi masyarakat). Misalnya Anda kuliah kedokteran dan mendalami kecerdasan buatan (Deep Learning, Tensorflow, Pytorch, kalkulus, aljabar linear, ilmu komputer, dan lain-lain). Dengan dua spesialisasi ini, Anda bisa mendirikan perintis di bidang kesehatan dan kecerdasan buatan. Adalah hampir mustahil untuk menggantikan Anda.

Bagaimana jika kita mencari seorang dokter dan seorang ahli kecerdasan buatan untuk menggantikan Anda? Seseorang dengan spesialisasi di dua bidang (dokter dan ahli kecerdasan buatan) akan mengalahkan tim yang terdiri dari 1 dokter dan 1 ahli kecerdasan buatan. Kenapa? Karena di tim tersebuat bakal terjadi kesalahan translasi antara seorang dokter dan seorang ahli kecerdasan buatan. Komunikasi mereka tidak akan sesempurna komunikasi di dalam diri Anda. Anda tahu batas-batas dari kecerdasan buatan dan hal-hal yang di luar kewajaran di dunia kedokteran. Sementara mereka kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan hal-hal tersebut. Ketika ahli kecerdasan buatan bilang hal A tidak mungkin, bagaimana dokter tahu ahli kecerdasan buatan itu bohong atau jujur tapi bodoh atau memang benar?

Anda kemungkinan besar butuh belasan tahun untuk mendapatkan spesialisasi di dua bidang. Tapi hasilnya sepadan.

Level 10

Ini adalah level J. K. Rowling, dan pemrogram level dewa seperti Linus Torvalds. Linus Torvalds mampu menciptakan sistem operasi Linux dan aplikasi pengatur versi Git. Dua peranti lunak ini digunakan oleh jutaan pemrogram. Berapa banyak orang yang bisa mencapai prestasi Linus Torvalds? Dapatkah kita menggantikan Linus Torvalds dengan 100 lulusan ilmu komputer dari universitas atau bootcamp? Tentu saja tidak. Tapi menjadi Linus Torvalds itu luar biasa susahnya. Sekali lagi, untuk menghindari komoditasi kita tidak perlu menjadi sebegitu spesialnya seperti Linus Torvalds.

Kesimpulan

Sekarang saya berada di level 6 atau 7. Saya tidak berambisi untuk berada di level 9 atau 10. Target saya cukup berada di level 8 dalam beberapa tahun ke depan. Strategi saya seperti yang sudah saya sebutkan: penjenamaan, generalis, seniman.

Bagaimana dengan Anda? Jangan sampai Anda gampang dikomoditasi. Tingkatkan level Anda sebisa mungkin. Level 5 pun sudah cukup baik sebenarnya. Dengan naik level, Anda semakin menghindari takdir hidup pemrogram yang kejam.

Categories
confidence startup

Jangan Terintimidasi dengan Lulusan Amerika

Ada apa dengan lulusan Amerika? Memangnya kenapa dengan lulusan Amerika sampai judul ini seakan-akan mencari keributan? Jadi begini, teman. Di dunia perintis (startup) di tanah air, lulusan Amerika itu punya aura khusus. Mereka spesial. Saya juga dulu tidak sadar akan fenomena “lulusan Amerika” di tanah air.

Kalau saya bilang “lulusan Amerika” itu maksudnya adalah lulusan universitas yang ada di negara Amerika Serikat. Jadi lulusan universitas di Kanada atau Bolivia itu tidak masuk hitungan. 🙃

Walaupun judul artikel blog ini adalah “Jangan Terintimidasi dengan Lulusan Amerika”, semangat artikel ini bisa dipakai di situasi yang mirip misalnya: lulusan universitas swasta vs lulusan universitas negeri elit, lulusan bootcamp vs lulusan universitas, lulusan SMA vs lulusan universitas, orang Indonesia vs ekspat, dll.

Mari kita pergi ke masa lalu saya. Beberapa tahun yang lalu, saya mendekap tubuhnya, rambutnya yang panjang membelai wajah saya, suaranya yang manja…. Ooops, salah memori. Maaf, maaf, saya ambil memori yang salah. 😂

Mari kita mulai lagi. Beberapa tahun yang lalu, saya diajak oleh teman saya untuk mendirikan perintis. Salah satu strategi yang mau dipakai oleh dia adalah posisi CEO (Pejabat Eksekutif Utama / Chief Executive Officer) mau diberikan ke lulusan Amerika. Dia dan saya sama-sama lulusan dalam negeri. Alasan dia adalah lulusan Amerika itu punya koneksi ke investor-investor yang kebanyakannya adalah lulusan Amerika. Teorinya adalah lulusan Amerika itu punya komunitas sendiri di mana mereka sering berkumpul bersama (hang-out). Nah, dengan begitu, maka CEO lulusan Amerika itu punya probabilitas yang besar dalam mendapatkan pendanaan karena teman bergaulnya investor-investor. Begitulah teorinya.

Hal itu membuat saya merenung apakah lulusan Amerika itu begitu spesialnya. Terus selama saya bertualang di dunia perintis, saya bertemu dengan beberapa orang yang mau mendirikan perintis. Kebanyakan dari mereka adalah lulusan Amerika. Saya jadi bertanya-tanya ini pergaulan saya yang bias atau lulusan Amerika itu memang spesial. Jumlahnya itu signifikan, tidak bisa dikategorikan sebagai kebetulan saja. Ada sesuatu dengan lulusan Amerika ini.

Kemudian saya iseng-iseng lihat statistik latar belakang pendidikan (mereka kuliah di mana) para pendiri perintis. Jumlah perintis itu kan banyak sekali ya. Jadi saya batasi perintis yang masuk kategori yunikon (unicorn) dan centaur. Definisi centaur itu perintis yang memiliki valuasi di atas USD 100 juta tapi di bawah USD 1 milyar. Terus saya tidak masukkan perusahaan yang berasal dari korporasi seperti OVO atau Dana.

Kita mulai dari latar belakang pendidikan pendiri yunikon:

  • Gojek: lulusan Amerika
  • Traveloka: lulusan Amerika
  • Tokopedia: lulusan dalam negeri
  • Bukalapak: lulusan dalam negeri

Imbang ya. 2 lulusan dalam negeri vs 2 lulusan Amerika.

Nah, mari kita lanjut ke daftar perintis lainnya:

  • Akulaku: lulusan Amerika
  • Kredivo: lulusan dalam negeri
  • Halodoc: lulusan luar negeri non-Amerika
  • Sociolla: lulusan luar negeri non-Amerika
  • Warung Pintar: lulusan dalam negeri
  • IDN Media: lulusan Amerika
  • Modalku: lulusan Amerika
  • Kopi Kenangan: lulusan Amerika
  • Waresix: lulusan Amerika
  • Moka: lulusan Amerika
  • Investree: lulusan luar negeri non-Amerika
  • Ralali: lulusan luar negeri non-Amerika
  • Ruangguru: lulusan Amerika
  • Tanihub: lulusan dalam negeri
  • Sayurbox: lulusan luar negeri non-Amerika
  • Fabelio: lulusan luar negeri non-Amerika
  • Payfazz: lulusan dalam negeri
  • Mekari: lulusan dalam negeri
  • Xendit: lulusan Amerika
  • Fore: lulusan dalam negeri

Nah, nah, sumber informasi dari Linkedin. Jadi kalau pendirinya “berbohong” di Linkedin, yah informasinya menjadi salah. Atau mungkin pendirinya lupa perbaharui pendidikannya di Linkedin. Jadi saya ketik “founder nama perintis” di Duckduckgo atau Google. Terus cek nama pendirinya di Linkedin. Mungkin juga saya lupa cek semua pendirinya. Perhitungannya bisa salah yah.

Selain itu saya mesti jelaskan bagaimana cara saya mengkategorikan pendiri ini lulusan Amerika atau dalam negeri atau luar negeri non-Amerika. Aturan saya agak acak (ad-hoc). Misalnya si A, kuliah S1 di dalam negeri, terus S2 di Amerika, saya hitungnya lulusan Amerika. Terus ada lagi kasus pendiri S1 di Amerika terus S2 di Eropa, dan pasangan pendiri lainnya kuliah di Amerika saja. Nah, itu saya hitungnya lulusan Amerika. Nah, terus ada lagi pendirinya bukan WNI, tapi orang luar. Yah, wajar sih, dia kuliah di luar. Itu tetap saya hitung.

Idealnya hitung-hitungan begini tidak boleh binary (hitam atau putih). Mesti pakai berat (weight) atau spektrum (hitam – abu-abu – putih). Jadi pendiri S1 di Eropa, terus S2 di Amerika, itu mungkin hitungannya 60% lulusan Amerika, 40% lulusan luar negeri non-Amerika. Terus kalau pasangan pendirinya lulusan Amerika saja maka hitungan spektrumnya berubah menjadi 70% lulusan Amerika, 30% lulusan luar negeri non-Amerika.

Tapi itu mesti menunggu saya punya waktu luang. Sekalian juga saya investigasi perintis-perintis lainnya, seperti Qlue, Ajaib, Bukukas, dan lain-lain. Lagi sibuk saya sekarang. Menyelediki latar belakang para pendiri perintis ini bikin cape, tahu gak? Misalnya, saya ketik “founder fabelio” di Google. Terus saya klik artikel pertama di hasil pencarian.

Ketik “founder fabelio” di Google
Nama “founder fabelio” di artikel yang bersangkutan

Nah, saya tinggal ketik “Christian Sutardi”, “Krisnan Lenon”, “Marsel Utoyo” di Linkedin, terus saya lihat pendidikan mereka di Linkedin. Begitu saja? Tidak begitu cepat, Ferguso. Tidak ada nama “Krisnan Lenon” dan nama “Marsel Utoyo” di Linkedin. Ternyata salah tulis. Harusnya “Krishnan Menon” dan “Marshall Tegar Utoyo“. 😑

Nah, grafiknya seperti ini:

Grafik latar belakang pendidikan pendiri perintis centaur

Lihat tidak, lulusan Amerika yang paling banyak. Padahal jika dibandingkan dengan lulusan dalam negeri, lulusan Amerika itu jumlahnya sedikit sekali. Jumlah mahasiswa Indonesia di Amerika itu 9000 lebih (tahun 2020). Sementara itu jumlah mahasiswa terdaftar di dalam negeri itu hampir 7 juta (tahun 2018). Jumlah mahasiswa dalam negeri itu ratusan kali lebih banyak. Kalau digabungkan kedua kategori ini, mahasiswa Indonesia di Amerika itu jumlahnya di bawah 1%. Hal ini mengasumsikan persentase kelulusan mahasiswa di dalam negeri dan Amerika sama ya.

Jadi 50% pendiri yunikon dan 40% pendiri centaur itu lulusan Amerika. ðŸĪ·â€â™‚ïļ

Kalau Anda penasaran terhadap negara-negara di lulusan luar negeri non-Amerika, paling banyak Australia. Selebihnya tersebar merata di Kanada, Jerman, Belanda, Inggris.

Ini konsisten dengan pengalaman anekdot saya di lapangan. Misalnya ada 9 orang yang “berjumpa” dengan saya dan ingin mendirikan perintis, mungkin persentasenya seperti ini: 5 orang lulusan Amerika, 3 orang lulusan dalam negeri, 1 orang lulusan luar negeri non-Amerika. Lulusan Amerika benar-benar mendominasi dunia perintis.

Nah, kembali ke kasus di mana saya diajak mendirikan perintis dan menyerahkan posisi CEO kepada lulusan Amerika, saya tidak tahu seberapa banyak kasus seperti itu. Apakah lulusan Amerika mendapatkan “keistimewaan” dalam mendirikan perintis? Kalaupun ada, apakah jumlahnya signifikan?

Tapi saya bisa menceritakan hipotesis saya bagaimana lulusan Amerika itu bisa mendominasi dunia perintis. Apa sih kelebihan mereka? Dan, sesuai dengan judul artikel ini, bagaimana supaya tidak terintimidasi mereka? Bagaimana cara menetralkan keunggulan mereka dan malah balik mengintimidasi mereka? Minimal apa yang Anda dapat lakukan supaya tidak minder dekat mereka. Lulusan Amerika itu (dari pengalaman saya) pintar-pintar tapi bukan berarti mereka “tidak bisa dikalahkan”. They are not invincible. Jadi kalau Anda “cuma” lulusan dalam negeri, sementara kompetitor Anda lulusan Amerika dan kalian sedang berebut posisi Wakil Presiden (Vice President) di perusahaan tempat kalian bekerja, baca artikel ini sampai selesai.

Ketika berkompetisi dengan lulusan Amerika, kalau Anda tidak dapat mengalahkan mereka, minimal jangan kalah banyak. JANGAN sampai kalah telak. Analoginya, kalau ini adalah pertandingan sepakbola, jangan sampai bernasib seperti Barcelona yang kalah 2-8 dari Bayern Munich. Jangan seperti Brazil yang kalah 1-7 dengan Jerman di semifinal Piala Dunia 2014. Kalah tipis, seperti kalah 1-2, tidak apa-apa. Kalah telak itu bisa merusak psikologi Anda. Kepercayaan diri Anda bisa tidak pulih bertahun-tahun.

Oke, mari kita mulai. Keunggulan pertama dari lulusan Amerika adalah:

Bahasa Inggris

No shit, Sherlock. 😂

Ini adalah medan pertempuran yang paling penting. Cara untuk tidak kalah di medan pertempuran ini gampang. Tapi kalau Anda sampai kalah telak, rusaklah semuanya. Kalau Anda cuma ambil satu hikmah dari artikel blog yang panjang ini, inilah dia: Belajar bahasa Inggris. This is a low hanging fruit. Saya serius. Jangan sampai bahasa Inggris Anda jelek.

Kalau saya adalah kompetitor Anda di perusahaan (misalnya saya lulusan Amerika), maka hal pertama yang akan saya lakukan adalah mencari tahu apakah bahasa Inggris Anda jelek atau tidak. Kalau jelek, saya akan menyerang Anda habis-habisan dari sini. Saya akan membuat Anda berbicara bahasa Inggris di depan rekan-rekan kerja lain dan Anda akan malu sendiri karena Anda salah mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggris. Anda akan ditertawakan oleh orang lain. Anda akan malu sendiri. Hal itu akan merusak rasa percaya diri Anda dalam merebut posisi Wakil Presiden Teknik (VP of Engineering) misalnya.

Anda pasti berpikir kan kita hidup di Indonesia. Kenapa mesti berbahasa Inggris dengan baik di Indonesia? Memangnya bahasa nasional kita sudah berubah? Kan kita sudah mengucapkan Sumpah Pemuda di mana salah satunya menyangkut berbahasa Indonesia.

Jadi begini, teman! Sekarang ini adalah zaman globalisasi. Perusahaan-perusahaan besar seperti Gojek misalnya sudah mempekerjakan orang-orang luar (bukan WNI). Komunikasi mesti pakai bahasa apa dengan mereka? Bahasa Indonesia? Tidak kan. Jadi kalau Anda ingin karir Anda naik, yah bahasa Inggris mesti bagus.

Ini adalah kelemahan utama orang-orang Indonesia. Sebenarnya banyak lulusan dalam negeri yang punya keahlian apik (jika dibandingkan dengan lulusan Amerika). Cuma bahasa Inggris ini menghambat karir mereka. Misalnya teman saya di sebuah perintis internasional yang menerima karyawan jarak jauh (remote) pernah menunjukkan tulisan seorang kandidat. Jadi kandidat ini menunjukkan portfolionya yaitu blog teknikal dalam bahasa Inggris. Masalahnya bahasa Inggrisnya jelek. Tata bahasanya (grammar) banyak yang salah. Malah kalau dipikir-pikir, untuk melejitkan karir, pemrogram-pemrogram Indonesia lebih baik belajar bahasa Inggris ketimbang bahasa pemrograman baru seperti Dart, Go, Deno, atau Solidity.

Lulusan dalam negeri ini seperti Achilles, ksatria Yunani yang paling perkasa, yang membunuh Hector di depan gerbang Troy, tapi akhirnya mati karena pergelangan kakinya dipanah oleh Paris. Jangan sampai mati konyol “dibunuh” oleh lulusan Amerika karena bahasa Inggris Anda jelek.

Belajar bahasa Inggris itu sumber belajarnya banyak sekali. Di Avatar: The Last Airbender, Aang mesti pergi ke kutub utara untuk belajar manipulasi air (water bending). Kalian belajar bahasa Inggris tidak perlu pergi sebegitu jauhnya. Belajar Inggris bisa di rumah. Banyak situs atau aplikasi untuk belajar bahasa Inggris. Saran saya kalau memang harus keluar duit, yah jangan pelit. Ikut kursus bahasa Inggris yang bagus.

Ingat bahasa Inggris itu terdiri dari 4 komponen: baca (reading), dengar (listening), tulis (writing), bicara (speaking). Hanya karena kalian jago baca novel bahasa Inggris, tidak berarti kalian jago berbicara dalam bahasa Inggris. Jadi pastikan semua komponen bahasa Inggris kalian bagus.

Tidak ada alasan bahasa Inggris kalian jelek. Tapi, tapi, mereka kan tinggal di luar negeri (Amerika), sementara saya tinggal di Indonesia. Wajar bahasa Inggris saya jelek. Kalau itu alasan kalian, saya kasih bukti bahwa kalian bahasa Inggrisnya bisa lebih bagus dari lulusan Amerika. Lihat saja lulusan sastra Inggris. Bahasa Inggris mereka (menurut saya) lebih bagus daripada lulusan Amerika.

Nah, kalian tidak perlu ambil jurusan sastra Inggris untuk mengalahkan lulusan Amerika di medan bahasa Inggris. Ambil kursus dari EF, Wall Street English saja sudah cukup.

No money, no problem. Banyak cara untuk berlatih bahasa Inggris tanpa mengeluarkan banyak duit. Untuk melatih kemampuan membaca bahasa Inggris, banyak kan artikel bahasa Inggris di internet. Kamus Inggris juga gratis. Untuk melatih kemampuan mendengar bahasa Inggris, nonton saja Youtube atau dengar siniar (podcast) dalam bahasa Inggris. Melatih kemampuan menulis bahasa Inggris? Tulis artikel di blog / Medium / Substack / WordPress. Berlatih berbicara bahasa Inggris? Cari saja teman berlatih bahasa Inggris. Tidak ada teman? Monolog. Bicara sama tembok.

Lulusan Amerika itu banyak kelebihannya. Tapi Anda tidak boleh kalah bahasa Inggrisnya karena ada kelebihan mereka lainnya yang susah Anda kalahkan. Jadi itulah kenapa saya tekankan jangan sampai bahasa Inggris kalian jelek.

Keahlian (Skill)

Harus saya akui sebagai lulusan dalam negeri, kualitas universitas-universitas di Amerika Serikat lebih tinggi daripada kualitas universitas-universitas di Indonesia.

In other words, water is wet. 😂

Misalnya kalau mereka lulusan fakultas ilmu komputer Stanford, kemungkinan besar kemampuan pemrograman mereka lebih bagus daripada kemampuan pemrograman lulusan fakultas ilmu komputer Bina Nusantara.

Tapi…. ada cara untuk mengalahkan mereka di medan ini, yaitu pendidikan mandiri (self-education). Entah Anda sadar atau tidak, pendidikan sudah lumayan terdemokratisasikan lewat internet. Anda ingin belajar ilmu komputer (computer science)? Ada kurikulum bagi pelajar mandiri. Pembelajaran mandiri bukan cuma berlaku di dunia ilmu komputer. MIT (Massachusetts Institute Technology) mengeluarkan situs MIT Opencourseware di mana Anda bisa belajar material-material mereka (kalkulus, aljabar linear, psikologi, ekonomi, dll) secara gratis. Selain itu dengan biaya rendah (ratusan ribu per bulan) Anda bisa langganan buku-buku di situs O’Reilly. Di sana, Anda bisa ribuan buku teknikal sampai Anda muntah.

Nah, saya sudah berpasangan (pairing) dengan lulusan Amerika dalam pemrograman. Jadi saya tahu seberapa hebatnya mereka. Nah, saya bilang semua materi untuk menjadi pemrogram yang hebat ada di internet. Jadi sebenarnya bahkan kalian tidak perlu kuliah untuk mengalahkan lulusan Amerika. Materi-materi yang saya sudah tulis di paragraf sebelumnya lebih dari cukup untuk mengalahkan lulusan Amerika, dengan catatan kalian benar-benar belajar dan menghabiskan waktu yang sama banyaknya dengan mereka (3-4 tahun). Nah, bagi kalian lulusan dalam negeri, kalian bisa mengkombinasikan pembelajaran kuliah dengan pembelajaran mandiri. Hasilnya super.

Setidaknya untuk domain ilmu komputer, ini adalah medan pertempuran yang harus dimenangi oleh Anda. Titik.

Mereka Lebih Kaya

Lulusan Amerika itu lebih kaya daripada lulusan dalam negeri.

They’re rich. 😂

Saya belum menyelidiki hal ini secara mendalam. Tapi menurut dugaan saya, rata-rata lulusan Amerika itu jauh lebih kaya (atau orang tuanya kaya) daripada rata-rata lulusan dalam negeri. Betul, memang ada lulusan Amerika yang belajar di Amerika karena dapat beasiswa. Tapi kebanyakan lulusan Amerika itu belajar di Amerika berkat kekayaan orang tuanya.

Ini adalah salah satu kelebihan dari lulusan Amerika yang…. susah Anda kalahkan. Makanya ketika saya bilang jangan sampai bahasa Inggris Anda jelek dan gunakan pembelajaran mandiri untuk meningkatkan kemampuan Anda, saya benar-benar serius.

Lebih mudah mana? Belajar bahasa Inggris dan belajar mandiri atau jadi orang kaya? Menurut saya, lebih susah jadi orang kaya ketimbang memperbaiki bahasa Inggris. Ini adalah medan pertempuran yang boleh Anda lepas. Kadang untuk menang permainan catur, Anda harus merelakan bidak Anda.

Koneksi (Networking) Mereka Lebih Kencang

Ini sebelas dua belas dengan kelebihan lulusan Amerika sebelumnya (mereka lebih kaya). Koneksi mereka lebih kencang daripada koneksi Anda yang “cuma” lulusan dalam negeri. I’m sorry. It hurts. But it’s true. 😔

Apa sih yang dimaksudkan dengan koneksi itu? Misalnya lulusan Amerika ini pengen bikin perintis yang membuat aplikasi finansial. Terus orang tuanya menelpon teman-temannya di bank untuk meluangkan waktunya untuk melihat demo aplikasi web anaknya. Belum apa-apa, lulusan Amerika ini sudah punya klien potensial.

Dari lulusan-lulusan Amerika yang saya “jumpai”, mereka rata-rata memiliki koneksi yang kencang, misalnya punya kenalan investor, dan “orang-orang penting” di “tempat-tempat strategis”.

Ini adalah medan pertempuran yang…. adalah tidak apa-apa jika Anda kalah. Membangun koneksi itu susah luar biasa. Misalnya, untuk meningkatkan kosakata bahasa Inggris, Anda tinggal buka kamus, baca kata-kata dan menghafalkannya. Bangun koneksi dari mana? Anda tidak dapat menghubungi Willson Cuaca tiba-tiba dan bilang, “Yo, bro, kita temenan yuk biar koneksi gw gak kalah jauh ama koneksi lulusan Amerika.” Tidak bisa begitu. 😂

Mereka Lebih Percaya Diri

Mereka lebih PD. Misalnya saya mendorong lulusan dalam negeri untuk membuat perintis, jawaban mereka itu seperti ini. “Ah, saya belum punya kemampuan untuk mendirikan perintis. Saya masih harus banyak belajar.”

Nah, lulusan Amerika jawabannya begini, “LET’S DO IT.” Tidak ada keraguan.

Kadang-kadang (sering mungkin) mereka sering melebih-lebihkan aset mereka (kemampuan, koneksi, dll). Misalnya, anggap lulusan Amerika itu punya paman yang kaya. Anggap pamannya punya kekayaan Rp 20 milyar lebih misalnya. Sebenarnya memiliki kerabat seperti paman yang mempunyai kekayaan Rp 20 milyar itu sudah merupakan suatu “prestasi” tersendiri. Berapa banyak orang yang punya paman sangat kaya? Tapi lulusan Amerika masih ada yang melebih-lebihkan hal itu. Dia bilang, “Oh, paman saya punya aset sana sini. Harta dia ratusan milyar Rupiah.” Kira-kira begitu.

Jadi anggap Anda sebagai lulusan dalam negeri dan lulusan Amerika kalau dihitung-hitung nilai intimidasi dari bahasa Inggris, keahlian, kekayaan, koneksi, mungkin perbandingannya seperti ini.

Perbandingan sebenarnya lulusan dalam negeri dan lulusan Amerika

Nah, Anda masih kalah. Tapi perbedannya tidak begitu besar. Lulusan Amerika melebih-lebihkan kelebihan mereka yang sudah lebih sehingga grafiknya seperti ini.

Perbandingan palsu antara lulusan dalam negeri dan lulusan Amerika

Nah, banyak lulusan dalam negeri yang termakan oleh strategi “melebih-lebihkan” lulusan Amerika ini sehingga lulusan dalam negeri merasa makin terintimidasi. Lulusan dalam negeri merasa jarak antara mereka dengan lulusan Amerika teramat jauh (padahal sebenarnya tidak).

Sebagai lulusan dalam negeri, solusinya adalah normalisasi dari apa yang mereka omongkan. Jangan terlalu percaya semua hal yang mereka katakan. Terus jadi lulusan dalam negeri, Anda jangan terlalu rendah hati. Anda tidak perlu kepedean seperti Presiden Donald Trump, tapi cobalah tambah rasa percaya diri di tindakan dan ucapan Anda.

Strategi

Setelah mengetahui kelebihan mereka, saatnya membicarakan strategi bagaimana cara menghindari intimidasi mereka. Kalau perlu, malah Anda sebagai lulusan dalam negeri yang mengintimidasi mereka. 😎

Nomor satu, belajar bahasa Inggris mati-matian. Ini adalah pertahanan Anda yang paling penting. Jangan sampai jebol. Saya serius 100%.

Nomor dua, tingkatkan kemampuan diri dengan pembelajaran mandiri. Saya sudah sebutkan beberapa sumber pembelajaran mandiri di atas. Tapi masih ada lagi yang lain. Misalnya, Coursera, Khan Academy, Edx. Ada juga yang namanya Youtube di mana Anda bisa belajar banyak hal.

Nomor tiga, bangun portfolio Anda. Misalnya dengan menulis blog, membuat video di Youtube tentang hal-hal di industri Anda, dll. Anda dapat juga mengambil S2, misalnya mengambil MBA di Prasmul.

Nomor empat, bangun kekayaan Anda, dengan menabung dan berinvestasi. Jangan terlalu boros dalam hidup Anda. Begini, Anda mungkin tidak akan bisa menyamai kekayaan orang tua lulusan Amerika tapi setidaknya jangan sampai Anda jatuh miskin (gara-gara Anda teledor di finansial Anda). Kalau Anda sampai jatuh miskin, maka misi Anda untuk mengintimidasi lulusan Amerika masuk kategori Mission Impossible. Hanya Ethan Hunt yang sanggup melaksanakannya. Tapi Anda bukan Ethan Hunt.

Nomor lima, karir Anda bisa menjadi penyelamat Anda. Misalnya Anda berhasil menjadi VP of Engineering di perintis terkenal. Maka hal ini bisa menetralkan keunggulan pendidikan lulusan Amerika. Saya kasih kabar gembira. Sebagai lulusan dalam negeri, tidaklah susah untuk mendapatkan posisi ini. Saya sebagai lulusan dalam negeri sempat menjadi CTO. Teman saya, lulusan dalam negeri, menjadi VP of Engineering di suatu perusahaan teknologi yang terkenal.

Nomor enam, bangun koneksi. Begini, koneksi Anda mungkin tidak akan bisa menyamai koneksi lulusan Amerika. Tapi cobalah sebaik mungkin. Cari koneksi di mana? Di perusahaan tempat Anda bekerja. Bergaullah dengan banyak orang. Jangan jadi orang brengsek. Selain itu Anda dapat juga membangun koneksi di internet.

Nomor tujuh, cari medan pertempuran di mana Anda bisa bersinar lebih terang daripada lulusan Amerika. Seperti apa? Nanti saya cerita di bawah.

Studi Kasus

Nah, mari kita lihat 2 studi kasus. Hidup saya dan kasus hipotetis seorang mahasiswa.

Saya sudah bilang kan saya “cuma” lulusan dalam negeri.

Nah, 7 tahun lalu saya ambil tes IELTS untuk melihat kemampuan bahasa Inggris saya. Nilai saya: Writing 6, Speaking 7, Reading 8.5, Listening 8. Not bad-lah. Saya masih terus memperbaiki kemampuan berbahasa Inggris saya. Tapi untuk medan pertempuran ini, saya merasa aman.

Setelah lulus kuliah, saya tetap menimba ilmu dari mana saja. Saya nonton video-video dari MIT Opencourseware, misalnya video pelajaran algoritma dari Srini Devadas dan Erik Demaine, video pelajaran finansial dari Andrew Lo, dan lain-lain. Saya baca buku-buku dari O’Reilly. Saya beli video-video dari Udemy. Saya ikut kursus akuntansi oleh Brian Bushee di Coursera.

Saya bukan orang pelit. Malah saya sampai bayar ribuan USD untuk ikut 2 Nanodegree dari Udacity, yaitu Self-Driving Car Engineer dan Robotics Software Engineer.

Sertifikat Nanodegree dari Udacity

Mari kita lanjut ke portfolio. Saya sudah menulis buku yang diterbitkan oleh penerbit resmi. Dalam bahasa Inggris pula. Topiknya eksotis pula (tentang Blockchain).

Sampul buku blockchain

Selain itu saya juga sudah menjadi pembicara di PyCon (konferensi Python) dan berkontribusi ke proyek kode terbuka Python dan Django.

Karir saya juga okelah. Saya sempat mengecap rasanya menjadi CTO (Pejabat Teknologi Utama / Chief Technology Officer).

Nah, bicara koneksi, gara-gara jadi CTO, saya diundang ke grup Whatsapp CTO. Sebagian besar anggotanya CTO, tapi ada juga yang menjadi VP of Engineering, dan orang-orang penting di dunia teknologi di tanah air.

Selain itu saya juga membangun produk digital, yaitu PredictSalary, pengaya perambah (browser extension) yang bisa memprediksi gaji dari lowongan pekerjaan. Di Chrome, jumlah penggunanya 493. Di Firefox, jumlah penggunanya 87. Jadi total jumlah pengguna produk saya ini hampir 600 orang. Dan saya baru merilis produk ini bulan lalu.

PredictSalary di Chrome web store

Nah, saya juga pandai bermain di media sosial. Posting saya di Linkedin rata-rata dapat 3000-4000 terlihat (views). Tidak jarang saya buat posting yang dilihat lebih dari 10 ribu kali. Misalnya:

Posting Linkedin banyak jumlah dilihatnya

Nah, Techinasia punya jumlah pelanggan buletin (newsletter) sebanyak 100 ribu. Itu sebagai perbandingannya.

Selain itu, saya juga pandai menulis.

Pujian menulis

Saya banyak menerima pujian atas kemampuan menulis baik terhadap blog ini maupun buku Pemrogram Rp 100 Juta saya. Di atas 10 ada kali.

Terus saya juga membangun ketrampilan dan reputasi di bidang yang sangat baru, misalnya Deep Learning dan Blockchain. Kita ambil contoh Bitcon. Pelajaran tentang Bitcoin itu ada di MIT baru tahun lalu. Padahal Bitcoin itu sudah ada 10 tahun lalu. Bayangkan Anda menekuni teknologi Bitcoin beberapa tahun lalu, lulusan Amerika tidak dapat memiliki kelebihan berarti dibandingkan dengan Anda. Karena tidak ada pelajaran Bitcoin di universitas-universitas di Amerika beberapa tahun lalu. Kalau Anda ingin belajar Bitcoin, yah tempatnya di internet. Nah sekarang ini (tahun 2020), yang lagi hot adalah Decentralized Finance (DeFi) di Ethereum. Anda dan lulusan Amerika memiliki start yang sama. Belum ada pelajaran tentang DeFi yang komprehensif di universitas-universitas. Kalian sama-sama harus belajar topik ini dari internet.

Sama dengan Blockchain, teknologi Deep Learning itu juga tergolong baru. Pustaka Tensorflow saja baru dipublikasikan ke umum tahun 2015. Jadi orang-orang yang belajar Deep Learning, start awalnya kurang lebih sama, baik lulusan Amerika maupun lulusan dalam negeri.

Nah, semua hal-hal yang saya sebutkan di atas kalau digabungkan cukuplah untuk mengintimidasi lulusan Amerika. 😛

Betul, butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun keahlian, koneksi, reputasi yang saya miliki. Mengintimidasi lulusan Amerika adalah maraton bukan sprint. ðŸĪĢ

Nah, bayangkan ada anak yang baru lulus dari universitas di Amerika, balik ke tanah air, mengajak saya ngopi-ngopi cantik. Dia mau bikin perintis. Karena dia adalah lulusan Amerika dan saya adalah lulusan dalam negeri, maka dia merasa lebih berhak menjadi CEO. Tapi di dunia nyata, orang ngomongnya secara implisit, tidak terang-terangan. Misalnya, “Saya punya kenalan investor A, B, C, dan D.” Ini artinya Anda sebagai lulusan dalam negeri seharusnya tahu diri. 😉

Nah, saya tinggal bilang kelebihan saya dari A sampai Z. Misalnya saya bilang, CEO yang baik itu harus bisa menulis dengan baik, seperti Jeff Bezos. Saya sudah bilang kan saya bisa menulis.

Selain itu saya bisa menetralkan koneksi dia ke investor-investor itu. Dengan kata lain melemahkan kelebihan dia.

https://twitter.com/yoheinakajima/status/1294453363682074625

Saya bisa bilang investor-investor itu sudah terdemokratisasikan. Jadi dia kenal dengan investor-investor itu tidaklah berarti banyak. Mau cari pendanaan? Bisa cari di Linkedin. Atau bisa kirim lamaran ke SurgeAhead, YC, dan masih banyak lainnya.

Tapi di dunia yang nyata, saya tidak akan melakukan hal itu. Saya akan bilang saya tidak tertarik dengan ide perintisnya. Berdebat siapa yang lebih pantas menjadi CEO dengan lulusan anyar Amerika itu seperti berebut mainan. Kekanak-kanakan. Childish. Saya kan orang yang cool 😎. Saya lebih suka mengintimidasi orang seperti Itachi di seri Naruto, yaitu dengan reputasi dan bahasa tubuh.

Tapi contoh di atas kan masih bau kencur. Bagaimana dengan lulusan Amerika yang sudah punya kelebihan lainnya, misalnya posisinya sekarang adalah VP of Sales di perintis yang terkenal. Koneksi dia lumayan kencang, misalnya kenal dengan pejabat-pejabat penting di OJK, bank-bank swasta dan nasional. Tentu saja, dia kenal dengan banyak investor. Dia mau mengajak saya untuk membangun perintis finansial. Apa yang harus dilakukan? Dia mau menjadi CEO karena dia merasa lebih berhak.

Nah, saya tidak memiliki koneksi kencang di dunia finansial jadi saya harus mengajaknya bertempur di medan lain. Misalnya saya bisa mengajaknya untuk membangun perintis di bidang lain. Contohnya saya mengajak dia untuk membuat penggubah video seperti Adobe After Effects di web. Dengan begitu kelebihan dia yaitu koneksi kencang di dunia finansial menjadi tidak berguna. Saya punya daya lebih dalam bernegosiasi karena saya punya kelebihan di bidang perintis ini, yaitu kemampuan pemasaran digital dan kemampuan rekayasa peranti lunak. Iya, seperti di cerita Avatar: The Last Airbender, Katara (water bender) mengalahkan Azula (fire bender) dengan mengajaknya bertarung di tempat yang banyak airnya. Sorry, spoiler. ðŸĪŠ

Katara vs Azula

Nah, tidak berarti saya bisa mengintimidasi semua lulusan Amerika. Ada sebagian lulusan Amerika yang masih mengintimidasi saya misalnya Nadiem Makarim. Jadi misalnya dia mengajak saya membuat perintis, saya rela posisi CEO diambil dia. 😂

Nah, mari kita lihat kasus hipotetis. Anggap Anda adalah mahasiswa aktif di universitas dalam negeri. Ada ungkapan Latin: Si vis pacem, para bellum. Artinya, jika Anda ingin perdamaian, bersiaplah untuk perang.

Perang masih lama. Anda masih kuliah. Tapi Anda harus bersiap-siap menghadapi lulusan Amerika.

Jadi belajarlah bahasa Inggris benar-benar. Belajar ilmu-ilmu dari luar kampus misalnya MIT Opencourseware. Kontribusi ke proyek kode terbuka (opensource) misalnya React. Di contoh ini, saya asumsikan Anda adalah mahasiswa ilmu komputer. Kalau bukan, sesuaikan jenis portfolio Anda. Bangun koneksi dengan ikut webinar lokal. Kalau Anda suka jadi pemengaruh (influencer), bangun reputasi Anda di media sosial. Belajarlah menulis teknikal di blog.

Beberapa tahun sudah lewat. Anda diterima bekerja di sebuah perintis. Salah satu rekan kerja Anda adalah lulusan Amerika. Congkak sekali dia. Hanya karena dia adalah lulusan Stanford, dia pikir dia adalah matahari di mana rekan-rekan kerjanya adalah planet yang mengitari dia. Ketika berdiskusi di sprint sebuah produk, tanpa babibu, dia menggunakan bahasa Inggris padahal semua orang di dalam ruangan itu adalah orang Indonesia. Dengan sabar Anda meladeni dia. Belum tahu dia, nilai rata-rata IELTS Anda adalah 8. 😉

Kemampuan pemrograman Anda (teruji lewat proyek kode terbuka) mulai mengintimidasi dia. Malah Anda yang sering menegur dia karena standar kode dia masih rendah. Anda juga menulis blog teknikal di bagian teknis (engineering) di perintis Anda. Tulisan Anda memancarkan kirana yang menyilaukan mata lulusan Amerika itu. Akhirnya setelah beberapa minggu, lulusan Amerika itu mulai menunjukkan rasa segan dan hormat terhadap Anda.

Jadi tulisan ini adalah hadiah saya di hari kemerdekaan RI yang ke-75 ini kepada Anda, lulusan dalam negeri (ataupun lulusan SMA, lulusan bootcamp) yang minder terhadap lulusan Amerika (ataupun lulusan luar negeri, ekspat). Saya merdekakan Anda dari rantai penjajahan rendah diri!

Ketika berhadapan dengan lulusan Amerika, jangan melihat ke bawah, tapi lihatlah mata mereka dengan penuh kepercayaan diri. Busungkan dada Anda. Berkacak pingganglah. Berjalanlah seperti Tom Cruise yang penuh kepercayaan diri di film Top Gun. ✈ïļ

Terbanglah ke langit yang biru. Jadilah legenda.

Dirgahayu RI! ðŸ‡ŪðŸ‡Đ