Saya mendapat kabar dari teman saya bahwa ada pemrogram (non-manajerial) yang gajinya di atas Rp 100 juta per bulan (belum potong pajak). Bagaimana dia tahu hal ini? Pacarnya bekerja di perusahaan yang sedang memproses aplikasi dari pemrogram ini. Entah pemrogram ini yang melamar atau dia yang didekati perusahaan tempat pacar teman saya bekerja. Pada saat pemrosesan itulah (mungkin perusahaannya meminta pemrogram itu menunjukkan slip gajinya), gaji pemrogram ini diketahui oleh pacar teman saya yang menceritakan ke teman saya, yang kemudian menceritakan kepada saya. Perusahaan tempat pemrogram bekerja itu ada di Jakarta. Jadi dia tidak kerja jarak jauh (remote) ke perusahaan di Silicon Valley misalnya.
Terus ada lagi teman saya yang lain yang menceritakan ada teman kantornya yang mendapat gaji di atas Rp 100 juta per bulan. Dia tahu karena teman kantornya yang menceritakan gajinya kepada dia. Perusahaan ini juga ada di Indonesia waktu teman kantornya mendapat gaji di atas Rp 100 juta per bulan. Pemrogram ini juga bukan manajer.
Jadi ada 2 teman berbeda yang menceritakan fenomena pemrogram Rp 100 juta per bulan (di atas) di perusahaan yang berbeda. Kalau cuma satu teman yang bercerita, mungkin saya agak skeptis. Tapi ini 2 orang. Maksud saya, saya menggunakan probabilitas untuk mencerna hal ini. Peluang muncul kepala dari lempar koin adalah 0,5. Peluang muncul 2 kepala berturut-turut dari 2 kali lempar koin adalah 0,25 (0,5 * 0,5). Peluang teman saya berbohong kepada saya harusnya lebih rendah daripada peluang kepala muncul di lempar koin. Bohong kepada saya itu jahat, sejahat menendang anak kucing. Saya asumsikan teman-teman saya itu pada dasarnya jujur. Jadi taruhlah peluang mereka berbohong kepada saya itu 0,1 (10%). Peluang 2 orang berbeda berbohong kepada saya itu 0,01 (1%).
Hal ini membuat saya bergembira karena keahlian pemrograman (akhirnya) bisa dihargai mahal. Selama ini di Indonesia, jika Anda ingin mendapat gaji tinggi, Anda harus menjadi manajer dan menguasai keahlian memanajemen orang.
Di Indonesia ini, tanah air tercinta, keahlian teknis (termasuk di dalamnya kemampuan rekaya peranti lunak) masih kurang dihargai. Kemampuan manajemen orang jauh lebih dihargai.
Saya pernah bertemu dengan pebisnis yang bilang kira-kira seperti ini, “Kenapa aku harus mempekerjakan 1 pemrogram Rp 15 juta per bulan jika aku bisa mempekerjakan 2 pemrogram Rp 6 juta per bulan?” Jadi banyak pebisnis atau pengusaha yang berpikir pemrogram itu seperti blok lego. Bisa dipertukarkan (fungible). Semakin banyak pemrogram, semakin bagus.
Saya pernah menangkap beberapa pebisnis atau pengusaha yang menggunakan analogi, membangun pasukan tentara untuk membangun perintis. “Saya mau mempekerjakan 100 pemrogram / perekayasa peranti lunak tahun ini.”
Saya bisa bayangkan jika pebisnis ini bertemu dengan pemrogram Rp 100 juta per bulan ini, dia bakal bilang, “Mending saya dapat satu lusin pemrogram Rp 6 juta per bulan daripada bayar gaji kamu.”
Ada juga yang sinis terhadap fenomena pemrogram Rp 100 juta per bulan, “Ini pasti strategi perusahaan besar untuk merusak harga pasar.” Secara tersirat, dia berpikir pemrogram non-manajerial tidak berhak mendapat Rp 100 juta per bulan.
Saya sendiri sudah pernah melihat surat penawaran gaji mendekati Rp 100 juta per bulan. Q4 (Rp 75 juta – Rp 99 juta). Tapi perannya manajerial di departmen teknik (engineering).
Jadi menurut saya, perekaya peranti lunak / pemrogram itu yang gajinya di atas Rp 100 juta per bulan kemungkinan besar ada di Indonesia. Tidak banyak. Tapi ada.