Kalau Anda bercita-cita jadi billionaire dan orang tua Anda bukan orang kaya, maka “satu-satunya jalan” adalah membangun perintis (startup) dengan dana dari pemodal ventura (venture capitalists).
Tapi kalau Anda hanya sekadar ingin jadi millionaire, Anda “cukup” membangun bisnis swakarya, atau jadi karyawan pertama dengan opsi saham di perintis, atau kerja di Silicon Valley.
Artikel ini akan diperbaharui secara berkala. Jangan lupa tandai (bookmark) artikel ini!
Berikut daftar VC yang memberikan dana awal ke perintis:
Forbes baru saja mengeluarkan daftar billionaires untuk tahun 2021. Indonesia memiliki 21 billionaires. Tidak ada billionaire Indonesia yang di bawah umur 50 tahun. Paling muda ialah Hary Tanoesoedibjo (umur 56 tahun).
Sebelumnya, saya harus menjelaskan di artikel berbahasa Indonesia ini, bahwa saya terpaksa menggunakan istilah bahasa Inggris, yaitu billionaire. Saya tidak bisa menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Billion itu milyar. Tapi billionaire itu tidak dapat diterjemahkan ke milyuner karena ada faktor kurs US Dollar ke Rupiah, yaitu 1 USD = Rp 14 ribu. Billionaire itu mengacu ke orang yang memiliki kekayaan sebesar Rp 14 trilyun Rupiah atau 1 milyar USD. Jadi kalau mau maksa, terjemahan paling mendekati itu adalah milyuner USD. “She became a billionaire last year.” diterjemahkan sebagai “Dia menjadi milyuner USD.” Tapi kan lucu?
Jadi jangan marah yah karena saya tetap memakai istilah billionaire. π
Mari kita melihat daftar billionaire dari negara lain yang umurnya di bawah 40 tahun. Untuk beberapa negara, saya masukkan juga billionaire yang umurnya lewat 40 tahun sedikit.
Amerika Serikat
Berikut daftar billionaires-nya: Mark Zuckerberg (Facebook), Dustin Moskovitz (Facebook), Lukas Walton (Walmart), Brian Chesky (Airbnb), Nathan Blecharczyk (Airbnb), Joe Gebbia (Airbnb), Bobby Murphy (Snap), Evan Spiegel (Snap), Ernest Garchia, III. (Carvana), Brian Armstrong (Coinbase), Scott Duncan (Enterprise Products Partners), Ben Silbermann (Pinterest), Lynsi Snyder (In-N-Out Burger), Cameron Winklevoss (Gemini), Tyler Winklevoss (Gemini), Tony Xu (DoorDash), Austin Russel (Luminar Technologies), Jared Isaacman (Shift4 Payments), Andrew Paradise (Skillz), Andy Fang (DoorDash), Stanley Tang (DoorDash), Fred Ehrsam (Coinbase), Kevin Systrom (Instagram), Drew Houston (Dropbox), Trevor Milton (Nikola Motor), Ryan Graves (Uber), Sanjit Biswas (Samsara), Baiju Bhatt (Robinhood), Vlad Tenev (Robinhood), Sam Bankman-Fried (Alameda), Whiteney Wolfe Herd (Bumble).
Dari nama-nama di atas, beberapa orang mendapatkan warisan bisnis dari keluarganya seperti Lukas Walton (Walmart), Lynsi Snyder (In-N-Out Burger).
Trevor Milton (Nikola Motor) sumber kekayaannya berasal dari teknologi perangkat keras. Sisanya mendapat kekayaannya dari peranti lunak (software) semua.
Artinya apa? Kalau Anda ingin jadi kaya selevel billionaire, ada dua jalan utama: mewarisi kekayaan dari keluarga atau membangun bisnis dengan teknologi peranti lunak.
Pilih mana? Kalau saya sih, saya pilih mewarisi kekayaan dari keluarga. Lebih mudah. π
Mari kita lihat negara lain.
Tiongkok
Berikut daftar billionaires di bawah 40 tahun: Wang Zelong (CNNC Hua Yuan Titanium Dioxide dan Lomon Billions Group), Xu Yi (Bilibili), Wen Yilong (RLX), Wang Han (Juneyao Air), Wang Ning (Pop Mart), Yin Xin (Kuaishou), Chen Tianshi (Cambricon Microchip Supplier), Gong Yingying (Yidu Tech), Zhang Yiming (TikTok), Cheng Yixiao (Kuaishou), Steven Meng Yang (Anker Innovations Technology), Huang Jinfeng (Yatsen Holding), Chang Jing (Roborock Technology), Bill Liu (Royole Corp.), Zeng Chaolin (Tianshan Aluminium Group), Lu Zhilin (OPT Machine Vision Tech), Cheng Wei (Didi Chuxing), Yang Huiyan (Country Garden Holdings), Su Hua (Kuaishou), Kate Wang (RLX Technology), Li Xiang (Li Auto), Huang Yimeng (XD Inc.), Hou Jianbin (Zuoyebang).
Sebelas orang dari daftar tersebut (total 23 orang) mendapatkan kekayaannya dari teknologi peranti lunak. Tapi daftar billionaires Tiongkok ini unik. Ada yang kaya dari jualan vaping. Ada beberapa yang kaya dari teknologi perangkat keras, seperti mobil listrik, vacuum cleaner, microchip.
Mari kita lihat negara tetangga kita, Singapura.
Singapura
Tidak ada billionaire di bawah 40 tahun. Yang paling mendekati adalah pendiri Sea (orang tua dari Shopee), yaitu Gang Ye (40 tahun), David Chen (40 tahun), dan Forrest Li (43 tahun). Sea itu perusahaan teknologi peranti lunak.
India
Berikut daftarnya: Binny Bansal (38 tahun / Flipkart), Byju Raveendran (39 tahun / Byju), Sachin Bansal (39 tahun / Flipkart). Semuanya adalah pendiri perusahaan teknologi peranti lunak.
Jepang
Situasinya mirip dengan Singapura. Tidak ada billionaire di bawah 40 tahun. Yang paling mendekati adalah Daisuke Sasaki (40 tahun / Freee), Shintaro Yamada (43 tahun / Mercari), Yoshikazu Tanaka (44 tahun / Gree). Mereka semua adalah pendiri perusahaan peranti lunak.
Prancis
Yang paling mendekati adalah Marie Besnier Beauvalot (40 tahun / Lactalis), Oliver Pomel (44 tahun / Datadog). Datadog itu perusahaan peranti lunak. Madame Marie Besnier Beauvalot mewarisi bisnis keju dari papanya.
Australia
Mereka adalah Mick Molnar (30 tahun / Afterpay), Ginia Rinehart (34 tahun / bisnis pertambangan), Hope Welker (35 tahun / bisnis pertambangan), Mike Cannon-Brookes (41 tahun / Atlassian), Scott Farquhar (41 tahun / Atlassian).
Ginia Rinehart dan Hope Welker mewarisi bisnis pertambangan dari ibu mereka, Gina Ginehart. Sisanya mendapat kekayaan dari perusahaan peranti lunak.
Jerman
Mereka adalah Kevin David Lehmann (18 tahun / drogerie markt), Lisa Draexlmaier (30 tahun / Fritz Draexlmaier Holding GmbH), Ludwig Theodor Braun (31 tahun / B. Braun Melsungen), Eva Maria Braun-Luedicke (34 tahun / B. Braun Melsungen), Hakan Koç (36 tahun / Auto1), Friederike Braun-Luedicke (37 tahun / B. Braun Melsungen), Christian Bertermann (37 tahun / Auto1).
Auto1 itu perusahaan peranti lunak. B. Braun Melsungen itu perusahaan medis. drogerie markt itu perusahaan obat-obatan. Kevin David Lehman, Lisa Draexlmaier, Ludwig Theodor Braun, Eva Maria Braun-Luedicke, Friederike Braun-Luedicke itu mewarisi bisnis dari keluarga mereka.
Irlandia
Mereka adalah pendiri Stripe, yaitu Patric Collison (32 tahun) dan John Collison (30 tahun). Stripe adalah perusahaan peranti lunak.
Rusia
Mereka adalah Said Gutseriev (32 tahun / pertambangan dan finansial), Timur Torlov (33 tahun / Freedom Holding), Dmitry Bukhman (35 tahun / Playrix), Pavel Durov (36 tahun / Telegram), Igor Bukhman (39 tahun / Playrix).
Freedom Holding, Playrix dan Telegram adalah perusahaan peranti lunak. Said Gutseriev mewarisi bisnis dari orang tuanya.
Swedia
Mereka adalah Tom Persson (35 tahun / H&M), Daniel Ek (38 tahun / Spotify), Victor Jacobsson (39 tahun / Klarna), Sebastian Siemiatkowski (39 tahun / Klarna), Katarina Martinson (39 tahun / L.E. Lundbergforetagen AB).
Tom Persson dan Katarina Martinson mewarisi kekayaan atau bisnis dari keluarga mereka. Spotify dan Klarna itu perusahaan peranti lunak.
Pedro de Godoy Bueno, Anne Werninghaus, Franco Bittar Garcia mewarisi bisnis dari keluarga mereka. StoneCo adalah perusahaan peranti lunak. Facebook adalah…. yah, kalian tahu sendirilah.
Peranti Lunak
Dari cerita di atas, kalau kalian tidak punya orang tua kaya dan kalian ingin menjadi sangat kaya, cara paling ampuh adalah lewat teknologi peranti lunak. No debate.
Hmmmm, tidak juga sih. Tiongkok punya cerita berbeda. Ada beberapa yang bisa menjadi sangat kaya dengan perangkat keras. Tapi membangun perusahaan perangkat keras itu lebih susah daripada perusahaan peranti lunak. Jadi mending kalian membangun perusahaan peranti lunak.
Kalian sebagai pemrogram punya kesempatan besar untuk mendirikan perusahaan peranti lunak atau perintis (startup). Betul, untuk mendirikan perintis, tidak perlu menjadi pemrogram. Winklevoss bersaudara itu bukan pemrogram. Mereka punya gelar MBA dan mereka paham tentang mata uang kripto. Tapi banyak yang punya latar belakang pemrogram, misalnya Mark Zuckerberg (Facebook), Bobby Murphy (Snap), Brian Armstrong (Coinbase), Patrick Collison (Stripe).
Kita memang belum ada billionaire dari perusahaan peranti lunak. Tapi pendiri Tokopedia, Traveloka, Bukalapak itu latar belakangnya pemrogram. Mereka kuliah sistem informatika, atau ilmu komputer, dan sebagian pernah bekerja sebagai pemrogram (software engineer). LihatLinkedinmerekakalaukaliantidakpercaya. Sekarang kekayaan mereka trilyunan Rupiah. Masih belum billionaire tapi not bad-laaaaaah. Berapa banyak sih orang Indonesia yang bisa mendapat kekayaan Rp 1 trilyun tanpa orang tua kaya?
Skala peranti lunak itu sangat mengerikan. Sungguh besar. Ambil contoh: Bobby Murphy, pendiri dan CTO Snap, punya kekayaan 11 milyar USD (11 billions). Kalau dia jadi warga +62, dia jadi orang terkaya ketiga di tanah air tercinta ini. Dia cuma kalah dengan Hartono bersaudara. Dia mulai mendirikan perusahaan Snap bersama Evan Spiegel, tahu 2011. Cuma butuh 10 tahun saja menjadi orang ketiga terkaya di Indonesia. π±
Kekayaan Hartono bersaudara itu memang sudah tidak masuk akal. Cuma mereka orang Indonesia yang masuk daftar 100 orang terkaya di bumi. Satu-satunya orang di bawah 40 tahun yang lebih kaya dari mereka adalah Mark Zuckerberg, CEO Facebook.
Tapi Apakah Harus Jadi Billionaire?
Tidak. Beberapa dari teman saya bilang kepada saya target kekayaan mereka itu puluhan milyar Rupiah. Tidak sampai Rp 1 trilyun malah. Saya tahu tidak semua orang ambisius sampai mau jadi billionaire. Mereka masih mau jadi orang kaya, cuma levelnya “cukup” sampai puluhan milyar Rupiah. Kita sebut level kekayaan ini millionaire. 1 million = 1 juta. Satu juta dollar itu 14 milyar Rupiah.
Yah, tidak apa-apa. Tapi Anda tetap mencari penghasilan di dunia teknologi peranti lunak. Cuma ketimbang mendirikan perusahaan, Anda bisa mencapai target puluhan milyar Rupiah itu dengan menjadi karyawan saja. Tapi pastikan Anda mendapat saham. Atau Anda bisa membuat bisnis swakarya.
Tapi untuk menjadi billionaire, Anda mesti menjadi pendiri perintis. Bisa sih jadi billionaire dengan menjadi karyawan doang. Tapi kemungkinannya sangat kecil. Dari daftar billionaire yang saya kumpulkan itu, cuma ada satu karyawan (bukan pendiri) yang jadi billionaire. Dia adalah Ryan Graves, karyawan pertama Uber.
Oh ya, perintis Anda mesti didanai oleh VC. Tanpa bantuan VC, susah Anda menjadi billionaire. Dari daftar billionaire yang saya kumpulkan, ada sih pendiri perintis yang menjadi billionaire tanpa bantuan VC, yaitu Valentin Kipyatkov, pendiri JetBrains. Tapi sedikit jumlahnya. Mungkin cuma dia.
Sampai di sini, ceritanya sudah selesai. Anda bisa kembali ke hidup Anda dan memutuskan apakah Anda mau jadi billionaire atau tidak. Kalau iya, apa rencana Anda. Perintis apa yang Anda ingin bangun? Nanti cerita-cerita ke saya. π
Berikut saya ceritakan rencana saya menjadi billionaire. Anda bisa stop di sini. Tapi Anda bisa lanjut kalau Anda sedang bosan.
Rencana Arjuna Sky Kok Menjadi Billionaire
Sebagian dari pembaca blog saya yang budiman pasti tahu saya punya proyek PredictSalary, Mamba, SwanLove, dan ParttimeCareers. PredictSalary adalah alat untuk memprediksi gaji dari lowongan pekerjaan. Mamba adalah kerangka pengembangan blockchain. SwanLove adalan situs pencarian jodoh (dating). ParttimeCareers adalah situs lowongan pekerjaan paruh waktu.
Pusat dari strategi saya adalah SwanLove. PredictSalary dan Mamba mendukung SwanLove. ParttimeCareers berdiri sendiri. Saya membuat ParttimeCareers cuma buat kasih alternatif kepada orang yang tidak mau kerja penuh waktu dengan berbagai alasan, misalnya menjaga anak atau orang tua. Banyak perempuan yang ingin menjaga anak dan tidak ingin bekerja penuh waktu di kantor. Bekerja sebagai ibu rumah tangga 100% tidak selalu cocok bagi semua orang. Jadi pekerjaan paruh waktu bisa menjadi alternatif yang menarik. Ini adalah proyek renjana (passion) saya.
Mari kita fokus terhadap PredictSalary, Mamba, dan SwanLove. Mereka inilah yang akan membuat saya kaya. Integrasi seperti apakah yang akan dibangun di antara mereka?
Sebagian dari kalian mungkin sudah tahu bahwa bakal ada fitur prediksi gaji dari profil Linkedin di SwanLove. PredictSalary bakal jadi gerbang orang-orang menuju ke SwanLove. Anggap saja strategi pemasaran. Orang-orang kan penasaran terhadap gaji. Nanti PredictSalary bakal jadi sesuatu yang mirip Levels.fyi.
Sebagian orang berpandangan miris terhadap SwanLove. Karena SwanLove menggunakan PredictSalary sebagai salah satu daya tariknya, orang berpikir SwanLove adalah tempat berburu orang kaya. Apakah ini situs tempat sugarbaby, sugardaddy, sugarmommy berkumpul? Tentu saja tidak.
Nama SwanLove itu mengandung kata swan π¦’ yang artinya angsa. Angsa itu adalah hewan monogami. Biasanya mereka berpasangan sampai salah satunya mati. Dan ada kata love juga. Filosofi SwanLove adalah membantu orang mencari hubungan berdasarkan cinta yang mengarah secara alamiah ke pernikahan, atau minimal hubungan jangka panjang.
Kalau saya menggunakan simbol hewan lain, seperti kelinci atau bonobo, bolehlah Anda menuduh saya yang bukan-bukan. Misalnya domain situs pencarian jodoh saya adalah https://bonobo.xxx atau https://rabbit.fun, bolehlah Anda menuduh saya ini sebagai orang yang sangat dangkal. Tapi ini angsa ya. Simbol cinta monogami.
Salah satu syarat hubungan yang sehat adalah batas keamanan itu sudah terpenuhi. Anda bisa memikirkan cinta kalau kebutuhan pangan, sandang, dan pangan sudah tercukup. Dibutuhkan suatu level gaji (atau kekayaan) tertentu untuk menciptakan rasa aman. Mana Anda bisa memikirkan cinta kalau perut Anda kosong?
Tentu saja, gaji bukanlah segalanya. Masih ada faktor lain yang perlu diperhatikan juga untuk membangun hubungan yang sehat. Akan saya bahas juga di artikel ini.
Situs SwanLove ini memberi orang cara untuk memverifikasikan profil Linkedin mereka. Artinya apa? Target pemasaran saya adalah kaum profesional. Tapi itu pun masih terlalu besar. Saya mengecilkan target saya menjadi karyawan-karyawan yang bekerja di dunia perintis, seperti software engineer, machine learning engineer, product manager, product designer, UX researcher, dan sebagainya. Saya ingin membantu mereka mencari jodoh.
Setelah pasar karyawan-karyawan dunia perintis dikuasai, barulah saya bergerak ke pasar yang lebih luas. But we have to start from somewhere.
Verifikasi profil Linkedin ini juga memberi kita cara untuk menilai apakah orang tersebut berbahaya atau tidak. Seandainya seorang pria bernama Budi ingin berkenalan dengan Susi, Susi bisa melihat Budi memiliki profil Linkedin sebagai Machine Learning Engineer di Gojek. Budi bisa menunjukkan referensi dari HRD Gojek bahwa dia tidak memiliki masalah perilaku di perusahaan Gojek. Dengan begitu, Susi setidaknya punya rasa aman ketika bertemu dengan Budi. Jika Budi bertindak “macam-macam”, Susi bisa melaporkan ke Gojek.
Selain itu, jika orang-orang sudah kembali ke kantor, saya bisa bikin fitur kencan buta (blind date) bagi orang-orang yang kantornya berdekatan. Misalnya Tiket.com dan Cermati berbagi satu gedung, saya bisa atur Susi yang bekerja sebagai DevOps Engineer di Tiket.com untuk makan siang dengan Budi yang bekerja sebagai Product Designer di Cermati. Jika cocok, bagus. Jika tidak, setidaknya mereka bisa berteman.
Jika Linkedin sudah saya kuasai, nanti saya ekspansi SwanLove ke media sosial yang lain, seperti GitHub, Strava, dll. Misalnya Susi punya akun Strava dan dia suka bersepeda. Budi juga demikian. Mereka punya minat dan hobi yang sama. Mereka bisa saling mencari lewat SwanLove sepanjang mereka sudah memverifikasikan akun Strava mereka di SwanLove.
Di SwanLove, Anda bisa “menunjukkan” kelebihan Anda. Anda punya gaji tinggi? Anda bisa kirim slip gaji ke saya sehingga saya bisa verifikasi gaji Anda. Nanti Anda bisa tunjukkan penghasilan Anda yang sudah terverifikasi (berupa blue checked mark) ke orang-orang tertentu. Anda ingin dia tahu Anda pintar sekali? Anda bisa menghubungkan profil Kaggle Anda ke profil SwanLove. Anda bisa mengirimkan hasil IELTS kepada saya. Anda bisa menghubungkan profil Chess.com ke profil SwanLove. Anda ingin menunjukkan Anda populer sekali? Anda bisa menghubungkan profil Twitter ke SwanLove. Anda ingin menunjukkan bahwa fisik Anda fit sekali? Anda bisa menghubungkan profil akun aplikasi fitness ke profil SwanLove.
Sebagian dari Anda pasti berpikir, “Sungguh dangkal!” Pencarian jodoh itu dari sudut pandang tertentu adalah dangkal. Tapi begitulah aturan mainnya. Anda tahu burung merak? Dia mengembangkan bulu ekornya untuk menunjukkan “kehebatannya” supaya dipilih oleh merak betina. Ada juga burung yang “menyombongkan” sarangnya kepada burung lain.
Bagaimana dengan cinta sejati? Itu baru datang setelah daya tarik tercukupi. Bagi kebanyakan orang, harus ada daya tarik tertentu sebelum cinta sejati punya kesempatan untuk tumbuh. Barulah mereka “ada” kesempatan untuk membangun cinta sejati. Tapi mengharapkan orang untuk langsung membangun cinta sejati di awal-awal itu adalah Mission Impossible.
Nanti ada juga aspek kepribadian. Orang dominan dan pendiam cocoknya sama siapa? Orang pasif dan pemikir cocoknya sama siapa? Orang yang sosial sekali dan punya empati tinggi cocoknya sama siapa? Saya juga akan mengurusi hal itu.
Mencari jodoh itu seperti membangun perintis. Ada aspek pemasaran di mana Anda “mempromosikan” diri Anda. Tapi ada aspek produk juga. Kalau produknya jelek, susah juga melakukan pemasaran. Pernah lihat meme di mana satu ikan berenang ke kelompok ikan dan semuanya langsung kabur? Yah, seperti itulah.
Anggap aspek gaji dari diri Anda merupakan kelemahan Anda dalam menarik jodoh. PredictSalary selain memprediksi gaji dari lowongan kerja atau profil Linkedin juga bakal membuat walkthrough bagaimana cara mencapai gaji tinggi. Ada beberapa pekerjaan yang melewati gaji Rp 100 juta per bulan. Salah satuny adalah Head of Engineering. Nanti bakal dibikin daftar misi yang Anda harus selesaikan sebelum mencapai posisi tersebut. Contoh misinya adalah menyelesaikan 100 masalah LeetCode, mendapat IELTS 7, membaca berbagai buku tentang pemrograman, kerja di perusahaan tertentu selama beberapa bulan, dll. Seperti video game RPG. Dengan begini, orang memiliki kesempatan untuk meningkatkan daya tariknya dalam mencari jodoh.
Dengan begitu, saya sudah menyelesaikan cerita tentang integrasi antara PredictSalary dan SwanLove.
Oke, sekarang kita akan bahas integrasi antara SwanLove dan Mamba. Mamba adalah sesuatu yang berhubungan dengan blokchain. Kenapa situs dating membutuhkan blockchain?
Misalkan Anda ingin menunjukkan kekayaan (bukan gaji) kepada orang-orang di SwanLove, Anda bisa mengirimkan scan STNK mobil BMW kepada saya sehingga saya bisa memverifikasikan bahwa Anda punya kekayaan sebuah mobil BMW.
Dengan blockchain Anda bisa menunjukkan kekayaan dengan cara lain. Anda bisa membeli CryptoPunk yang harganya ratusan juta sampai milyaran Rupiah dan menunjukkannya di profil SwanLove Anda. Anda bisa menggunakan tandatangan digital untuk membuktikan kepemilikan aset blockchain Anda. Yup, gak jaman lagi menunjukkan kekayaan dengan mobil. Sekarang orang pakai NFT (Non-Fungible Token) untuk menunjukkan kekayaan mereka.
Jika Anda mencari alamat arjunaskykok.eth di Etherscan, Anda akan melihat kekayaan saya di Ethereum seperti ini.
Total nilai kekayaan saya adalah sebesar $ 2800 (ETH $ 1700 dan token lainnya $ 1100). Cara ini lebih praktis daripada mengirimkan scan STNK mobil Anda kepada saya.
Nah, Anda juga bisa melihat transaksi saya di Ethereum seperti ini.
Anda bisa melihat saya menjual kartu Gods Unchained. Nah, saya inginkan bayangkan bahwa transaksi di Ethereum itu sebagai “bukti partisipasi” Anda di suatu organisasi. Bayangkan, Anda pergi ke sebuah taman nasional di Indonesia untuk melakukan kegiatan sukarelawan dalam konservasi elang Jawa. Partisipasi Anda dapat dicatat di Ethereum oleh pengelola taman nasional yang bersangkutan. Pengguna SwanLove dapat melihat kegiatan sukarela Anda di Ethereum (jika Anda menghubungkan alamat Ethereum Anda ke profil SwanLove Anda). Kebaikan hati Anda terhadap elang Jawa mungkin saja menentukan jodoh Anda. Banyak orang tertarik terhadap mereka yang memiliki kasih sayang terhadap binatang.
Terakhir, nanti saya mau menambahkan aspek decentralized ke SwanLove. SwanLove adalah situs yang centralized. Artinya saya sebagai pihak pengelola SwanLove bisa menghapus akun Anda kalau saya tidak suka dengan Anda. Saya tinggal masuk ke console PostgreSQL dan mengnonaktifkan akun Anda. Saya bisa juga membuat akun Anda menjadi “tidak menarik” di hadapan pencari jodoh sehingga Anda menjadi berat jodoh. Saya tinggal ubah atribut Anda menjadi lebih jelek jika profil Anda dilihat oleh orang-orang tertentu. Saya orang yang baik hati. Saya tidak akan melakukan hal itu. Tapi saya bisa berubah jadi jahat. Aspek decentralized mencegah orang jahat melakukan hal-hal buruk di sistem centralized. Bayangkan SwanLove itu sebagai smart contract dan Anda “berinteraksi” dengan alamat Ethereum Anda. Dengan begitu, Anda akan aman dari tindakan jahat saya. Aspek decentralized juga memberi Anda privasi.
Sebelum saya mengembangkan aspek decentralized ini, saya akan melakukan pemanasan dulu. Saya juga akan membantu seniman Bali untuk menjual karya digital mereka sebagai NFT. Tidak seambisius Rarible tapi lebih kecil dari itu. Terus banyak hal-hal yang mesti dikerjakan untuk SwanLove: sistem dialog (chatting), verifikasi gaji, integrasi dengan alamat Ethereum, mobile app, analisa foto profil SwanLove, dll. Saya juga masih menunggu teknologi yang bisa meningkatkan scalability di Ethereum, seperti Optimism.
Begitulah cerita saya. Semoga Anda terhibur.
Jika Anda tertarik berinvestasi kepada saya, Anda bisa menghubungi saya di ceo _AT_ swan.love.
Bagi kalian, yang sudah membaca sampai akhir artikel ini, dan memutuskan untuk menjadi billionaire, izinkan saya mengucapkan salam perpisahan, “I’ll see you on the top, buddy!“
Tapi Anda tetap tinggal di Indonesia. Bisa memangnya?
Jadi saya melihat sebuah tren perintis (startup). Perusahaan ini bersifat regional (misalnya Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur) dan mereka menghubungkan pemrogram-pemrogram di wilayah tersebut dengan perusahaan global (biasanya perusahaan di Amerika Serikat dan Eropa).
Andela (dulunya) fokus menghubungkan pemrogram di Afrika ke perusahaan global tapi sekarang mereka sudah menjadi lebih umum. Ontop fokus di wilayah Amerika Latin. Manara fokus di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara. Di halaman depan situs Manara, mereka menulis, “Why hire from Palestine?”
Salah satu premis bisnis mereka adalah perusahaan global (yang biasanya berada di Amerika Serikat dan Eropa) memiliki duit (dari VC misalnya) tapi mereka kekurangan tenaga kerja (pemrogram umumnya) untuk membangun produk digital. Di luar Amerika Serikat dan Eropa, banyak pemrogram yang berbakat dan membutuhkan pekerjaan. Jadi…. terciptalah pernikahan di surga (marriage in heaven).
Jadi apakah kita bisa bergaji level Silicon Valley tapi tinggal di Indonesia? Nah, perusahaan di Silicon Valley ada yang menyamaratakan level gaji di seluruh dunia, seperti Gumroad. Tapi ada juga yang menggunakan kota tempat Anda tinggal untuk penyesuaian gajinya, seperti Gitlab. Gaji Anda akan lebih rendah jika Anda memilih tinggal di Jakarta ketimbang misalnya tinggal di Singapura. Tapi bahkan dengan penyesuaian terhadap kota tempat tinggal pemrogram, gajinya masih sangat kompetitif dibandingkan dengan perusahaan lokal. Pemrogram yang bukan senior saja bisa dapat USD 5 – 6 ribu per bulan.
Jadi jika Anda sedang mencari pekerjaan, Anda bisa mencoba jasa dari perusahaan-perusahaan yang sudah disebutkan di atas. Pastikan Anda bisa berbahasa Inggris dengan baik. Oh, tentu saja kemampuan pemrograman Anda juga harus baik.
Nah, apakah hal ini akan membuat pasar pemrogram di Indonesia makin ketat dan kering? Entahlah. Tergantung Anda memandang dari sudut pandang apa. Tergantung apa reaksi perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Dari sekilas kita bisa bilang perusahaan Indonesia bakal makin susah menemukan pemrogram-pemrogram untuk membangun produk digital. Pemrogram yang bernama Zard misalnya mendapat tawaran pekerjaan dari perusahaan Kecap DiManaSaja dengan gaji Rp 20 juta, tapi perusahaan di Silicon Valley menawarkan dia Rp 50 juta. Menurut Anda, Zard seharusnya memilih tawaran yang mana?
Nah, perusahaan Kecap DiManaSaja punya pilihan untuk menaikkan tawarannya menjadi Rp 50 juta atau lebih. Perkara mereka mau atau bisa itu cerita lain. Mereka bisa saja memang tidak punya duit. Kemungkinan lainnya adalah bisa saja mereka punya duitnya tapi mereka pelit. Mereka pikir kalau bisa bayar pemrogram dengan murah, kenapa harus bayar mahal? Sebagian masih berpikir pemrogram itu bisa dikomoditasi. Berapa banyak lulusan bootcamp atau universitas tiap tahunnya? Masih banyak yang mau menerima pekerjaan pemrogram dengan gaji Rp 20 juta. Jadi tidak ada faedahnya membayar pemrogram Rp 50 juta.
Jadi seperti yang Anda lihat, semua tergantung dari perusahaan atau perintis di Indonesia. Lalu bagaimana dengan perusahaan yang tidak punya duit? Kan tidak adil bagi mereka untuk bersaing dengan perusahaan di Silicon Valley yang punya kantung yang dalam. Yah, mau bagaimana lagi. Dunia memang tidak adil. Sebenarnya ada beberapa cara untuk membujuk pemrogram untuk menerima tawaran misalnya dengan opsi saham yang murah hati. Tapi birokrasi pemberian opsi saham di Indonesia agak rumit. Makanya banyak perusahaan yang mendirikan badan di Singapura untuk mengatasi masalah ini.
Lalu bagaimana dengan mengumandangkan nasionalisme untuk membujuk pemrogram Indonesia untuk bekerja di perusahaan / perintis di Indonesia? Entahlah apakah itu bisa bekerja dengan baik. Masalahnya kita hidup di jaman globalisasi. Bahkan unicorn seperti Gojek atau Tokopedia, sebagian (entah besar atau kecil) kepemilikan perusahaan tersebut dimiliki pihak asing. Lagipula tergantung bagaimana cara Anda mendefinisikan nasionalisme itu, menerima gaji lebih tinggi (Rp 50 juta di contoh di atas) itu mungkin lebih nasionalis karena Anda (harap-harapnya) bakal membelanjakan uang itu di Indonesia karena Anda tinggal di Indonesia. Semakin banyak Anda menghabiskan gaji Anda di Indonesia, PDB (GDP) Indonesia bakal meningkat. Selain itu mungkin produk digital di perusahaan di Silicon Valley tempat Anda bekerja bakal memberi efek positif yang jauh lebih besar ke dunia (termasuk Indonesia). Misalnya mereka membuat produk perlindungan privasi.
Jadi seperti yang Anda lihat, masalah nasionalisme dan efek positif itu adalah masalah yang pelik. Selain itu, kiamat tidak akan terjadi. Jangan Anda pikir bahwa setelah artikel ini dirilis, semua pemrogram se-Nusantara memutuskan bekerja di perusahaan di Amerika Serikat dan Eropa dan akhirnya semua perintis di Indonesia gulung tikar karena tidak ada pemrogram-pemrogram yang mau bekerja dengan mereka. Pertama, sebagian besar pemrogram Indonesia tidak bakal tahu ada pilihan untuk bekerja di perusahaan luar (blog ini tidaklah terlalu populer). Kedua, sebagian besar pemrogram Indonesia tidak dapat berbahasa Inggris dengan lancar. Ketiga, sebagian besar pemrogram Indonesia kemampuan teknisnya masih kurang. Keempat, mereka masih lebih nyaman bekerja di perusahaan di Indonesia. Kelima, planet Mars yang menaungi negara Indonesia sedang berada di posisi terdekat dengan matahari sehingga nasib perintis-perintis Indonesia masih bagus. Aura mereka masih cemerlang sehingga masih bisa menarik banyak pemrogram Indonesia untuk bekerja di tempat mereka. Hal ini bakal tetap berlaku sampai 10 tahun ke depan. Untuk alasan terakhir ini, saya bercanda. π
Lagipula kekayaan itu bukan permainan dengan jumlah nol (wealth is not a zero-sum game). Pemrogram dengan gaji Silicon Valley suatu hari kan mungkin bakal buka bisnis. Entah bisnis beternak lele, atau bikin perintis. Jadi kita tidak perlu cemas dengan pemrogram-pemrogram yang memutuskan untuk bekerja di perusahaan luar ketimbang bekerja di perusahaan dalam negeri karena gaji yang besar. Kita, sebagai masyarakat secara kolektif, tetap bakal diuntungkan dengan fenomena ini.
Dari sisi koin lainnya perusahaan di Indonesia bisa mempekerjakan orang-orang dari seluruh dunia kan. Oh, jangan Anda pikir semua perusahaan di Indonesia itu miskin. Perusahaan Gojek itu valuasinya lebih tinggi daripada Gitlab atau Gumroad. Apalagi kalau sampai bergabung dengan Tokopedia π. Saya juga sudah tahu gaji sebagian pemrogram di Gojek. Dan gajinya π₯π₯π₯. Sangat kompetitif jika Anda bandingkan dengan perusahaan luar. Kan saya pencipta PredictSalary. Adalah jalan ninja saya untuk tahu gaji-gaji orang.
Sebenarnya saya sudah pernah lihat perusahaan seperti Tiket.com mau mendatangkan karyawan dari luar. Mereka ada duitnya. Cuma apakah mereka terbuka terhadap budaya kerja jarak jauh (remote), entahlah. Mereka “lebih suka” mendatangkan orang dari luar untuk bekerja di Jakarta. Yang saya dengar dari karyawan yang bekerja di unicorn atau perusahaan besar (tidak harus Gojek atau Tiket.com) adalah manajemen mau mereka balik bekerja di kantor setelah keadaan “aman“. Tapi opsi bagi mereka untuk mempekerjakan pemrogram-pemrogram yang berbakat dari seluruh dunia selalu terbuka.
Efek seperti apakah yang bakal terjadi beberapa tahun ke depan saya tidak tahu. Ketika mahasiswa lulus di universitas di Indonesia, dia bisa melamar pekerjaan ke seluruh dunia tanpa meninggalkan Indonesia. Tapi persaingainnya juga berdarah-darah karena dia harus bersaing dengan pemrogram-pemrogram yang berbakat dan pekerja keras dari India, Ukraina, Argentina, dan lain-lain. It’s a brave new world.
Nah, situasi ini bisa juga menjadi peluang bagi Anda yang ingin membuat perintis dengan nada yang serupa. Jika Manara fokus terhadap wilaya Timur Tengah dan Afrika Utara, Anda bisa fokus ke Indonesia atau Asia Tenggara. Salah satu nilai yang dapat Anda berikan adalah proses pemeriksaan (vetting) keahlian pemrogram. Hal itu luar biasa sulitnya. Tapi tidak ada hal yang berharga tanpa kesulitan kan? Atau ada? π€
Arti dari kata bootstrapper adalah orang yang melakukan bisnis dengan sumber dayanya sendiri. Hal ini berbeda dengan perintis (startup) yang didanai oleh pemodal ventura (VC).
Istilah indie lebih terkenal di bidang musik. Musisi indie itu maksudnya musisi yang tidak berada di bawah label musik yang besar. Dengan analogi itu, indie hacker bisa diartikan sebagai pemrogram yang tidak berada di bawah naungan perusahaan yang besar.
Tapi di sini saya ingin memisahkan bisnis swakarya dengan bisnis jasa / konsultasi (software house). Saya memasukkan unsur produk di bisnis swakarya ini. Artinya bisnis swakarya ini mesti mendapatkan penghasilan dari produk bukan dari jasa. Hal ini berbeda dengan software house yang mendapatkan penghasilan dari mengembangkan produk peranti lunak untuk klien.
Contoh bisnis swakarya itu seperti SaaS (Software-as-a-Service), penjualan aplikasi seluler (mobile app) di App Store atau Google Play Store, dan lain-lain.
Sebagai orang Indonesia, saya merasa kategori bisnis swakarya ini tidak populer. Pemrogram yang mau jadi pengusaha biasanya memilih mendirikan software house atau perintis yang didanai oleh pemodal ventura. Entah mereka kurang tahu atau tidak punya teladan. Mungkin juga pebisnis swakarya ini jarang diliput oleh media massa sehingga kurang populer. Bandingkan dengan perintis yang punya media massa yang khusus meliput dunia perintis seperti Deal Street Asia dan Techinasia.
Saya akan memperbaharui daftar ini secara berkala. Jadi kalian bisa tandai (bookmark) artikel ini.